Rabu, 14 September 2016

Kompetisi Video Perempuan Pejuang Pangan

Perempuan merupakan sosok yang potensial untuk menyebarkan nilai-nilai positif ke masyarakat di sekitarnya, baik lingkungan terdekat maupun masyarakat. Dalam hal ini, perempuan dianggap memiliki peran sangat penting dalam rantai pangan.

Sejak dari sawah atau ladang, kemudian memasarkan hasil panen sampai mengolahnya menjadi makanan yang sehat merupakan rantai pangan dimana perempuan memiliki peran besar didalamnya.

Tanggal 21 Juli 2016 --sudah lama ya, hehehe--  aku mendapat undangan untuk hadir dalam roadshow yang diselenggarakan oleh Rimbawan Muda Indonesia ( RMI ) yang bekerja sama dengan OXFAM.  Roadshow apakah? yaitu video competition  Female Food Hero.

Sebenarnya aku datang disebabkan sudah terlanjur miscom sama penyelenggara, yaitu yang diundang adalah relawan yang banyak berinteraksi dengan petani, dan berusia maksimum 30 tahun, yeeey, hehehehe.

Female Food Hero merupakan sebuah kegiatan yang memiliki tujuan agar masyarakat miskin secara mandiri bisa memperbaiki ekonomi rumah tangganya. Kenapa perempuan? Karena perempuan merupakan tulang punggung pertanian di Indonesia.

Oxfam adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang pertanian, yang bekerjasama dengan berbagai institusi, demi memenuhi hak masayrakat atas pangan.

Dokumen pribadi

Rangkaian sesi workshop

Acara diawali oleh prresentasi pak Widayanto, sebagai Project Manager Right to Food Oxfam Indonesia, yang meberikan berbagai wawasan tentang perempuan Indonesia.

Diantaranya adalah bahwa perempuan memiliki peran besar, dengan mencontohkan, misalnya di sektor perikanan perempuan memberikan konstribusi sebanyak 54%.

Partisipasi perempuan di semua tingkatan, baik rumah tangga, ketenagakerjaan, secara lokal maupun nasional belum optimal, di sisi lain, kontribusi yang sebesar itu sering tidak nampak. 

Oleh karena itu, Oxfam menyelenggarakan ajang pemilihan pahlawan perempuan pejuang pangan, yang bekerjasama dengan Rimbawan Muda Indonesia. 

Untuk mengetahui siapa para perempuan pejuang pangan itu, maka dilakukan kompetisi pembuatan film dokumenter melalui kompetisi pembuatan film tentang perempuan pejuang pangan.

Video tersebut sebaiknya bisa menunjukkan bagaimana jerih payah, perjuangan para perempuan petani, perempuan nelayan, menghadapi hal yang tidak mudah di lahan kerja di satu sisi, dan kebijakan pemerintah yang masih pincang di sisi lain.

Dituntut ketrampilan dan kepekaan dari para peserta, memanfaatkan waktu yang durasinya pendek, tapi mampu merekam bagaimana kegiatan para perempuan itu di ladang, di sawah hingga kembali ke rumah, dan dirumahpun masih menyelesaikan berbagai pekerjaan.

Dilanjutkan sesi kedua, bagaimana membuat film dokumenter, yang disampaikan oleh mba Imey, yang nama lengkapnya adalah Siti Marsiah, yang menjelaskan berbagai hal teknis yang berkaitan dengan cara pembuatan video.

Dokumen pribadi

Mulai dari fungsi script, perbedaan antara film fiksi dan film dokumenter, tahapan pembuatan film dokumenter, dan bagaimana melakukan riset, agar mampu mendekati para subyek film, sehingga film bisa dibuat dan diselesaikan sebagaimana mestinya.

Sedangkan Mardha Tillah, Manajer Kampanye dan Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dari RMI menyampaikan bahwa kompetisi video ini ditujukan untuk anak muda berusia 15 - 30 tahun. 

Tujuanya memang untuk melibatkan generasi muda secara aktif dalam isu pangan, untuk memperluas wawasan agar mengenal dan memahami gambaran tentang kondisi pertanian dan panagn secara umum.

Kenapa anak muda? karena saat ini sebagian besar anak muda nyaris jauh dari pengetahuan tentang persoalan pangan.

Dengan kompetisi video  bertema Perempuan Pejuang Pangan diharapkan akan muncul sosok-sosok baru di bidang pertanian, perikanan atau pangan yang belum terekspos.

Hasil gambar untuk kompetisi video RMI dan oxfam

Karena Perempuan Pejuang pangan adalah perempuan yang melakukan proses produksi pangan untuk kelangusngan hidupnya sendiri, keluarganya dan juga masyarakat.

Pada Hari Tani, tanggal 24 September 2016 kompetisi ini akan berakhir, dan para juri akan memilih 6 orang anak muda pembuat film, ayng berhak mengikuti educational trip bersama seornag jurnalis dan seorang profesional pembuat film.

Nah, ayo kita peduli pangan, peduli perempuan-perempuan yang berjuang untuk kelangsungan pangan  Indonesia. Merekalah sosok-sosok pejuang yang selama ini mungkin terlupakan.


Sumber tulisan dan foto credit Google
1. Acara roadshow di cafe Kuki 

2. Web RMIBogor.id
3. Web http://www.mongabay.co.id






4 komentar:

  1. Wah..kompetisi yang menarik. Semoga bisa memunculkan sosok-sosok yang peduli dengan pertanian, perikanan dan pangan, ya, Mbak :)
    Perempuan memang pejuang pangan yang tidak ada bandingannya. Yeaah!

    BalasHapus
  2. Ibu rumah tangga bisa disebut sebagai perempuan pejuang pangan tidak, Mbak. Memang sih tidak semua ibu rumah tangga menanam tapi kan mereka juga memproduksi makanan di dapur?

    BalasHapus
  3. Benar banget, di Bekasi, saya sering mendapati Ibu2 yang memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami beragam jenis tanaman sayur dan cabai. Hasilnya justru tidak dijual, tapi dimanfaatkan bagi warga sekitar yang memang butuh.

    BalasHapus
  4. Wah, kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk para perempuan muda. Semojga terus berlanjut

    BalasHapus