Selasa, 09 Februari 2016

Mengenal dan Memahami Cinderella Compleks dan Sindroma Peter Pan

Pernahkah mendengar nama Cinderella? atau nama Peter Pan ? Pasti pernah dong, apalagi bagi kamu yang punya hobi membaca, membaca dongeng. Dua nama ini sungguh populer di dunia dongeng. Cinderella adalah kisah sedih seorang putri yang harus menderita setelah ibunya meninggal dunia.

Cinderella harus hidup bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya, dan kehidupan baru itu teah merenggut kebahagiaany aselama ini.

Lalu Peter Pan, siapa yang tak kenal bocah kecil nakal ini? ya, peter pan adalah bocah lelaki nakal, dan dia bisa terbang. dan dia sangat menikmati kenakalan anak-anak itu.
Tapi tahukah kamu bahwa dua nama putri dan pangeran yang populer di negeri dongeng itu sekarang menjadi label untuk sebuah kelainan kejiwaan, nah lho. 

Ada nama kelainan kejiwaan yang disebut dengan nama Cinderella Compleks, selain itu ada juga kelainan kejiwaan yang disebut dengan nama Peter Pan Sindroma. apakah keduanya itu? kenapa kalainan kejiwaan itu disebut dengan nama mereka?

Cinderella Compleks

Cinderella Compleks adalah sebuah situasi dimana seorang perempuan menyembunyikan rasa takut, karena rasa takutnya tidak mungkin untuk diaktualisasikan.

Dalam situasi seperti itu, Cinderella merindukan sosok ayahnya yang selalu membuat hatinya senang, yang selalu memanjakannya dan memberikan kebahagiaan bagi dirinya. 

Akibatnya, perempuan dengan kelainan kejiwaan Cinderella Compleks ini selalu mengkhayalkan pria yang akan menyayanginya, mengayominya dan melinduginya dari segala rasa takut. Sosok lelaki yang bisa membuatnya selalu bermanja-manja, menyandarkan seluruh impiannya.

Ada khayalan yang cenderung menjadi sensasi, bahwa menjadi sosok yang dikasihani itu akan membuat sosok laki-laki itu menyayangi dan membuatnya terlindung. Akibatnya, perempuan semacam ini biasanya memiliki karakter yang rapuh, mudah tersinggung, mudah jatuh mental, kalau bahasa almarhum ibuku dahulu, mudah masuk angin.

Untuk berharap kemandirian dari perempuan yang terkena Cinderella Compleks, membutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena  gejala kejiwaan tersebut merupakan akumulasi pola asuh yang cukup panjang.


Syndrom Peter Pan

Sindroma Peter Pan, dilukiskan sebagai sosok laki-laki yang menolak untuk dewasa, karena begitu senangnya dia menikmati masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak yang bagaimana? yang mudah, yang tenang, yang boleh melakukan apa saja, selalu bermain-main.

Sindrom tersebut memakai nama Peter Pan, karena memang Peter Pan ‘menolak’ menjadi dewasa karena tak mau kehilangan masa kanak kanaknya. Karena itu sangat sesuai untuk menggambarkan laki-laki dewasa yang masih bersifat kekanak-kanakkan.

Laki-laki yang terkena gejala kejiwaan sindrom Peter Pan selain kekanak-kanakan, dia cenderung takut resiko dan tidak bertanggungjawab atas apa yang sudah dilakukannya.   Selain manja, yang lebih serius lagi adalah kegemarannya bergantung pada siapa yang ada didekatnya. Bisa kawan, bisa pasangan, bisa kerabat dan lain-lain.

Cenderung hanya menyukai bermain-main dan bersenang-senang saja, menghindari tantangan dan tidak mudah menerima kritikan. Di sisi lain kepribadian semacam ini cenderung terlalu mencintai diri sendiri, suka menyanjung diri sendiri.

Berawal Dari Pola Asuh

Baik Cinderella Compleks maupun Sindrom Peter Pan, bisa terjadi berawal dari pola asuh yang selalu menyediakan zona yang aman bagi anak sewaktu anak masih kecil. Pendapat bahwa masa kecil harus selalu dimanjakan ternyata akan menjadi bumerang bagi anak itu saat dewasa.

Beberapa hal yang cenderung dilakukan oleh orang tua saat anak kecil misalnya, terlalu dimanjakan, semua keinginanya dituruti, dibela meskipun melakukan kesalahan, mengambil alih resiko yang seharusnya dihadapi anak, terlalu campur tangan saat si anak menghadapi masalah, dan sebagainya.

Sebagian orang tua lupa kalau anak akan hidup dengan berbagai tantangan dan persoalan yang sangat jauh berbeda dengan persoalan dimana mereka masih kanak-kanak. Kehidupan sesungguhnya seorang anak adalah saat kedua orang tuanya sudah tak berada disisinya lagi.

Maka tak jarang dijumpai di sekitar kita, seorang isteri yang lebih suka berada dekat oreng tuanya, atau seorang suami lebih suka berada dekat ibunya . larena dalam sensasi mereka, berada di dekat mereka sajalah keamanan dan kenyamanan bisa dirasakan.

Di sekitar kita, tak jarang kita jumpai seorang laki-laki dewasa, atau perempuan dewasa yang sikap pemikiran dan perilakunya menyerupai anak-anak. Nah, itulah yang memiliki kemungkinan terkena sindroma Cinderella Compleks atau juga Sindroma peter Pan.

Untuk menghilangkan gejala kejiwaan Cinderella Compleks dan Sindroma Peter Pan ini meskipun tidak mudah, namun bukan tak mungkin bisa diatasi selama dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Pemahaman dari si pengidap bahwa yang dialaminya sesuatu yang tidak semestinya, sehingga ada keinginan untuk berubah. Lalu, keluarga terdekat baik orang tua, pasangan, keluarga, kerabat harus memberikan support.

Barangkali perubahannya akan berjalan pelan, namun dengan kerjasama yang baik dan saling mendukung antara orang-orang terdekat, tentu akan didapatkan perubahan itu. yaitu perubahan dari sikap kanak-kanakan berubah menjadi yang seharusnya yaitudewasa selaras dengan usia.

13 komentar:

  1. Baru tau saya ada sydrom ini, Maksih ya mbak informasinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba En, sejak kecil aku dikenalkan istilah ini oleh ibuku

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Kayanya aku masuk dalam cinderella deh :(

    BalasHapus
  4. aku kok merasa aku masuk cinderella syndrome itu yah mbak >.<
    Bahayaa gak sih *brb searching

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah, asalkan tidak larut dalam khayalan tentang kedatangan pangeran, ya nggak apa-apa

      Hapus
  5. waduh ternyata mantan pacarku menderita sindrom peter pan.untung ga jadi nikah sama dia hahaha

    BalasHapus
  6. nama syndromnya kok lucu ya? Peterpan dan cinderella. Baru tau saya. Jadi ilmu baru nih. Thank you :)

    BalasHapus
  7. Wah jangan sampe kena diriku dan keluargaku kelainan2 apapun aamiinn. Makasih mbak Yanti sharingnya, jadi tahu sekarang ada syndroma seperti ini.

    BalasHapus
  8. Terimakasih ilmunya mbak..salam kenal.. :-)

    BalasHapus
  9. Informatif blognya, jd menambah ilmu

    BalasHapus
  10. hooo, ternyata ada juga ya,, thank banget atas infonya

    BalasHapus