Jumat, 18 Januari 2013

Dengarlah Tangisan Air

Air, itulah yang akhir-akhir ini menjadi buah bibir di sekeliling kita, gelombang air bah yang menerjang apa saja, yang bernama banjir, itulah yang saat ini memenuhi ruang-ruang bicara masyarakat indonesia, terlebih setelah ibukota dan sejumlah daerah di tanah air benaar-benar dibuat tak berdaya oleh terjangan banjir.
Air, kebutuhan utama makhluk hidup penghuni semesta, tetesanya bak mutiara, setia manggantung di dedaunan setiap subuh tiba, bening, dipandang menyegarkan. Air menyegarkan rasa dahaga, bahkan air membasuh jiwa-jiwa yang letih. Beberapa agama di dunia juga menggunakan air sebagai sarana untuk bersuci. Begitu petingnya air, sehingga hampir tak ada makhluk hidup di dunia yang bisa tahan hidup tanpa air. Tumbuhan, pasti akan layu dan mati kekeringan jika tak disirami air, sebaliknya bunga-bunga akan mekar mewangi dengan disirami air secara teratur.
Lalu, kenapa air menjadi bencana yang mengerikan?
Pesan dari alam sangat terang benderang, bahwa air akan selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, anak kecil juga tahu, maka, jika air dihalangi, dia akan mencari jalan sendiri, agar bisa sampai ke tampat yang lebih rendah.
Alangkah baiknya jika semuanya merenung, apakah kita sudah memperlakukan air dengan benar, apakah kita salah satu dari mereka yang menggunakan sungai menjadi tempat pembuangan sampah? hingga semakin sulit mencari sungai yang bening?
Kenapa saluran air kita tutup hanya untuk membangun gedung-gedung bertingkat? kenapa hutan kita babat habis, padahal disanalah air bermukim? bukankah kita sendiri yang selama ini menyakiti air?, mengotori air? mengusir usir air?
Apakah kita tetap akan menyalahkan hujan yang deras, bukankah hujan sudah terukur oleh Yang Maha Mencipta?
Cobalah untuk mendengarkan dengan hati kita, niscaya akan kita dengan bagaimana air merintih, menjerit menangis, karena kebeningannya telah dikotori, tempatnya bermukim dihabisi, tempatnya berjalan menuju samudra dihalangi.
Air hanya melakukan tugas kehidupannya di alam semesta ini, penciptaan air ditugaskan berjalan, terus mengalir menuju samudra, dengan mengalir ke tampat yang lebih rendah, hanya itu. Maka, jika perjalanannya menuju samudra terhalang, menyempit, air tak akan berbalik, dia hanya bisa terus menerjang apa saja yang di depannya
Dengarlah tangisan air
Dengarlah rintih jerit air

3 komentar:

  1. alhamdulillah .... akhirnya ungkapan kata hatipun menjelma dalam untaian panjang bait demi bait.
    Selamat berkarya mbak... kutunggu tulisan2 berikutnya yang pasti lebih menggigit dan menginspirasi. lihat blogku yg ini juga ya http://kopeling.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, inilah buah silaturahmi, memperolah kawan, sahabat dan saudara sekaligus, juga memperoleh ilmu, pembelajaran.
      Maturnumun repot-repotnya ya, yang sabar ngadepi diriku ya, tanya-tanya terus, hehe

      Hapus
  2. Posting pertama yang sangat keren

    BalasHapus