Minggu, 30 Agustus 2015

Menyoal Ketulusan

Saat sedang membuat draft, mendadak jemari ingin sekali menuliskan tentang kata tulus, kata ikhlas.
Bukan tanpa alasan jika mendadak saja jemari  dari membuat draft,berpindah  ke membuat tulisan baru ini,, ada beberapa alasan.
Belum lama berselang aku kedatangan seorang sahabat sesama penulis, tulisan dia sangat aktif dan namanya juga sangat dikenal di beberapa komunitas kepenulisan. Kesibukannya menjadi ibu rumah tangga, tidak memungkinkan dia untuk sering mengikuti acara kopdar.

Selasa, 18 Agustus 2015

Pentas Teater Koma

Siapa yang tak kenal Teater Koma? Tentu saja sebagian besar kita tak asing lagi dengan nama itu, terlebih mereka yang memiliki ketertarikan pada seni, utamanya seni pentas panggung. Teater Koma, nama yang kondang, yaitu sebuah kelompok seni pertunjukkan yang sudah cukup lama malang melintang di dunia seni Indonesia. 

Teater Koma yang berdiri sejak tahun 1977 di Jakarta, merupakan kelompok seni pentas panggung yang memiliki reputasi yang tak diragukan lagi. Sejak kelahirannya, Teater Koma telah melahirkan karya, berupa sandiwara panggung hingga 139 pementasan yang digelar, dan pagelaran yang aku saksikan adalah pagelaran yang ke 140. Pagelaran tersebut kadang-kadang juga dilakukan melalui layar gelas, televisi, meskipun lebih banyak berupa pentas panggung.

Dinakhodai oleh N. Riantiarno, kelompok seni pertunjukan ini masih terus setia melangkah, dan dengan anggota yang terus teregenerasi dengan baik. Hal itu bisa dilihat, hingga saat ini Teater Koma memiliki anggota yang terdiri dari lintas usia, yang berarti lintas generasi.

Asmara Sampek Engtay

Aku masih ingat, waktu kecil aku pernah menyaksikan sandiwara Sampek Engtay versi kethoprak, bersama kawan-kawan di desa kelahiranku. Saat itu aku belum memahami jalan ceritanya, hanya samar-samar aku masih ingat adegan-adegan yang dimainkan oleh para pemainnya.

Kisah Cinta Klasik tersebut sudah diproduksi berulang kali oleh Teater Koma, dan disadur melalui tangan dingin N Riantiarno, sejak tahun 1999 hingga tahun 2015. Rentang waktu yang cukup panjang, namun lakon ini seakan tak pernah lekang oleh waktu, selalu menarik penggemarnya untuk menyaksikan pentasnya lagi dan lagi.

Lakon cerita tetap mengacu pada kisah aslinya, yaitu tentang tragedi cinta dua anak manusia, yang meskipun saling mencintai, namun tak bisa saling memiliki semasa hidupnya.