Assalamu'alaikum, banyak berita hujan deras, banjir di berbagai kota, berita munculnya reptil di sekitar kita, dan banyak kabar lainnya. Ada kabar bikin seneng, ada pula yang bikin kita prihatin. Yuk tetap semangat, kita bantu yang sedang susah, sekalipun hanya dengan doa.
Apa yang terpetik di pikiran, ketika mendengar kata Aceh? Serambi Mekah? Religinya? tsunami? budayanya? atau apa?
Almarhum ibuku seorang pengagum Aceh, dahulu ibuku sering berkisah betapa pesawat terbang pertama di Indonesia itu ada karena gotong royong masyarakat Aceh yang mendermakan harta bend mereka agar Indonesia punya pesawat.
Sikap heroik dan patriotisme masyarakat Aceh itu menimbulkan kesan mendalam pada ibuku, sering dikisahkan pada aku dan saudara-saudara aku, hingga sampai saat ini akupun selalu ingat kisah itu.
Semangat untuk maju, semangat progresif, itu juga yang terasa di aula ketika diadakan acara diskusi yang bertajuk "Forum Silaturahmi Aceh Meusapat 2", sebuah forum diskusi yang bertujuan untuk merangkum gagasan membangun pariwisata di Aceh.
Berbagai destinasi wisata di Aceh tumbuh kian bagus, termasuk di dalamnya industri pendukung kepariwisataan semakin menggembirakan. Sebuah pertanda bahwa semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke Aceh, terutama wisatawan mancanegara.
Data yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik ( BPS ) Aceh bahwa sejak bulan Januari - September 2019, wisman terbanyak ang datang adalah dari Malaisya sebanyak 12.609 orang, Jerman 100.1 orang, Amerika 824 orang, Tiongkok 708 orang dan Inggris 524 orang.
Apakah cukup puas dengan kunjungan wisatawan itu? tentu saja tidak, Pemerintah Daerah Aceh ingin terus mengembangkan potensi wisata Aceh yang luar biasa.
Pelaksana Tugas ( Plt ) Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT memaparkan dalam acara Forum Silaturahmi Aceh Meusapat 2, bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melakukan pendataan.
Bahwa setidaknya ada 797 objek wisata serta 774 situs dan cagar budaya yang semuanya tersebar di 23 kabupaten/ kota di seluruh Aceh. Wow banyaknya, dan semuanya itu membutuhkan penanganan yang lebih optimal.
Masih banyak lagi budaya dan seni yang khas Aceh yang menarik untuk dikunjungi dan dinikmati masyarakat dari luar Aceh. Siapa yang nggak kenal Tari Saman? atau sulaman benang emas di kain beludru?.
Berbagai destinasi itu mudah dijangkau dengan transportasi apapun, baik jalur darat, laut maupun udara, demikian masih menurut Plt Gubernur Aceh, bapak Nova Iriansyah.
Hadir dalam acara silaturahmi ada Bapak Imadudin, Sekjend Perkumpulan Pariwisata Halal, ibu Yuana Rochma Astuti Direktur Pengembangan Pasar Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dicky Andriansyah mewakili Traveloka, Doto Yogantoro Ketua Pengelola Desa Wisata Pentingsari Sleman dan MY Bramuda, Kadisbudpar Banyuwangi.
Sebuah forum berbagi yang seru dan pastinya memotivasi Pemda dan masyarakat Aceh yang hadir untuk semakin megembangkan wisatanya. Sebagai gambaran, bagaimana Banyuwangi yang sebelumnya daerah "tak punya" wisata apapun berubah menjadi daerah dengan berbagai destinasi wisata.
Semuanya berkat kerja keras stakeholdernya, terutama ketika Bupati Azwar Anas memimpin dan mencanangkan pariwisata sebagai sektor unggulan, maka semua dinas terkait diperintahkan mengangkat wisata.
Nah, jika Banyuwangi saja bisa berkembang, apalagi Aceh yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, budaya dan seni yang unik dan menarik, pastinya akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Untuk makin menggaet wisatawan mancanegara, maka penerbangan internasional yang sudah ada yaitu dari Penang, dari Kuala Lumpur dan Jeddah akan diperluas lagi.
Saat ini sedang diwacanakan rencana untuk membuka jalur penerbangan baru, yaitu dari Aceh ke India ( Port Blair ) dan rute baru Sabang - Phuket - Langkawi, demikian penjelasan PLT Gubernur Aceh. Sebuah rencana yang prospeknya pasti akan membuahkan hasil yang gemilang bagi pariwisata di Aceh.
Tidak sulit menemukan, betapa indahnya alam Aceh, betapa luhur seni dan budayanya, kulinernya yang populer dimana-mana. Jika digarap dengan lebih maksimal, Aceh akan makin dikenal melalui wisatanya, tantangan akan selalu ada, bagian terpenting menghadapi tantangan itu adalah bagaimana merancang strategi untuk menjawabnya.
Kolaborasi dari berbagai pihak, itulah kunci uuntuk maju, selaras dengan apa yang disampaikan oleh ibu Yuana, bahwa bisnis sektor priwisata berkembang dan maju, maka harus ada sinergi antar stakeholder agar terjadi saling support.
Kolaborasi, itu kata kunci untuk perkembangan wisata di Aceh, salah satunya seperti yang disanggupi oleh Traveloka melalui wakilnya yang hadir yang menyatakan siap berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah Istimewa Aceh, khususnya dengan Dinas Budaya dan Pariwisata.
Yuk kita kunjungi Aceh, kita nikmati alamnya yang indah, kita kenal lebih dalam lagi seni dan budayanya, kita nikmati kulinernya yang terkenal enak rasanya.
Apa yang terpetik di pikiran, ketika mendengar kata Aceh? Serambi Mekah? Religinya? tsunami? budayanya? atau apa?
Almarhum ibuku seorang pengagum Aceh, dahulu ibuku sering berkisah betapa pesawat terbang pertama di Indonesia itu ada karena gotong royong masyarakat Aceh yang mendermakan harta bend mereka agar Indonesia punya pesawat.
Sumber foto: Pemda Aceh
Sumber foto Pemda Aceh
Semangat untuk maju, semangat progresif, itu juga yang terasa di aula ketika diadakan acara diskusi yang bertajuk "Forum Silaturahmi Aceh Meusapat 2", sebuah forum diskusi yang bertujuan untuk merangkum gagasan membangun pariwisata di Aceh.
Destinasi wisata Aceh dan pengembangannya
Berbagai destinasi wisata di Aceh tumbuh kian bagus, termasuk di dalamnya industri pendukung kepariwisataan semakin menggembirakan. Sebuah pertanda bahwa semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke Aceh, terutama wisatawan mancanegara.
Data yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik ( BPS ) Aceh bahwa sejak bulan Januari - September 2019, wisman terbanyak ang datang adalah dari Malaisya sebanyak 12.609 orang, Jerman 100.1 orang, Amerika 824 orang, Tiongkok 708 orang dan Inggris 524 orang.
Apakah cukup puas dengan kunjungan wisatawan itu? tentu saja tidak, Pemerintah Daerah Aceh ingin terus mengembangkan potensi wisata Aceh yang luar biasa.
Pelaksana Tugas ( Plt ) Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT memaparkan dalam acara Forum Silaturahmi Aceh Meusapat 2, bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melakukan pendataan.
Bahwa setidaknya ada 797 objek wisata serta 774 situs dan cagar budaya yang semuanya tersebar di 23 kabupaten/ kota di seluruh Aceh. Wow banyaknya, dan semuanya itu membutuhkan penanganan yang lebih optimal.
Plt Gubernur Aceh
Plt Gubernur Aceh bersama nara sumber
Masih banyak lagi budaya dan seni yang khas Aceh yang menarik untuk dikunjungi dan dinikmati masyarakat dari luar Aceh. Siapa yang nggak kenal Tari Saman? atau sulaman benang emas di kain beludru?.
Berbagai destinasi itu mudah dijangkau dengan transportasi apapun, baik jalur darat, laut maupun udara, demikian masih menurut Plt Gubernur Aceh, bapak Nova Iriansyah.
Hadir dalam acara silaturahmi ada Bapak Imadudin, Sekjend Perkumpulan Pariwisata Halal, ibu Yuana Rochma Astuti Direktur Pengembangan Pasar Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dicky Andriansyah mewakili Traveloka, Doto Yogantoro Ketua Pengelola Desa Wisata Pentingsari Sleman dan MY Bramuda, Kadisbudpar Banyuwangi.
Sebuah forum berbagi yang seru dan pastinya memotivasi Pemda dan masyarakat Aceh yang hadir untuk semakin megembangkan wisatanya. Sebagai gambaran, bagaimana Banyuwangi yang sebelumnya daerah "tak punya" wisata apapun berubah menjadi daerah dengan berbagai destinasi wisata.
Semuanya berkat kerja keras stakeholdernya, terutama ketika Bupati Azwar Anas memimpin dan mencanangkan pariwisata sebagai sektor unggulan, maka semua dinas terkait diperintahkan mengangkat wisata.
Nah, jika Banyuwangi saja bisa berkembang, apalagi Aceh yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, budaya dan seni yang unik dan menarik, pastinya akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sumber foto: Pemda Aceh
Salah satu pantai yang menawan (sumber foto Pemda Aceh )
Saat ini sedang diwacanakan rencana untuk membuka jalur penerbangan baru, yaitu dari Aceh ke India ( Port Blair ) dan rute baru Sabang - Phuket - Langkawi, demikian penjelasan PLT Gubernur Aceh. Sebuah rencana yang prospeknya pasti akan membuahkan hasil yang gemilang bagi pariwisata di Aceh.
Tidak sulit menemukan, betapa indahnya alam Aceh, betapa luhur seni dan budayanya, kulinernya yang populer dimana-mana. Jika digarap dengan lebih maksimal, Aceh akan makin dikenal melalui wisatanya, tantangan akan selalu ada, bagian terpenting menghadapi tantangan itu adalah bagaimana merancang strategi untuk menjawabnya.
Kolaborasi dari berbagai pihak, itulah kunci uuntuk maju, selaras dengan apa yang disampaikan oleh ibu Yuana, bahwa bisnis sektor priwisata berkembang dan maju, maka harus ada sinergi antar stakeholder agar terjadi saling support.
Kue Timpan
Mie Aceh
Yuk kita kunjungi Aceh, kita nikmati alamnya yang indah, kita kenal lebih dalam lagi seni dan budayanya, kita nikmati kulinernya yang terkenal enak rasanya.
kadang pengen ke Aceh, tapi kok jauh banget hehehe
BalasHapusduh pengen coba kue timpan, kelihatan enak dan nikmat :9
BalasHapus