Rabu, 25 Maret 2015

Supaya Komunitas Tidak Bubar

Supaya komunitas tidak bubar. Apakah komunitas bisa bubar? kemungkinan itu ada, kemungkinan komunitas bubar ada, jika pengurusnya tidak pandai-pandai menjaga kenyamanan komunitas.

Beberapa kawan mengungkapkan kenapa dia sudah tak aktif di komunitas itu,  ada lagi yang menungkapkan, kalau dia merasa berjarak dengan komunitas yang dimasukinya, dan sebagainya.
Diskusi-diskusi kecil itulah yang membuatku ingin menyampaikannya melalui blog.
Mungkin kami yang berdiskusi tentang komunitas ini bukan siapa-siapa, bukan pengamat, bukan penggiat, hanya anggota beberapa komunitas, tetapi hal-hal yang terungkap adalah hal-hal yang faktual, jadi tak ada salahnya kalau saya bagi, semoga membawa manfaat.
Dari beberapa kali diskusi yang tak disengaja itu, juga muncul banyak persepsi dan keinginan terhadap komunitas yang mereka masuki. Misalnya saja, ada kawan yang menganggap komunitas sebatas sebuah tempat untuk refreshing ditengah rutinitasnya. Kawan lain, berharap banyak pada komunitas, yaitu mendapatkan ilmu, mendapatkan kawan yang lebih lagi.
Satu yang jelas sama bagi member sebuah komunitas yaitu, bahwa saat seseorang mengambil keputusan untuk memasuki sebuah kelompok, dia memiliki harapan untuk mendapatkan manfaat, keuntungan dari sana, apapun bentuknya.

Supaya komunitas tidak bubar, ada beberapa hal yang tidak boleh dilupakan oleh segenap anggota komunitas, terutama sekali oleh pengurusnya.
  • Pengurus atau admin komunitas, harus memiliki kelapangan hati dan jiwa yang ekstra, karena konsekuensi mendirikan komunitas adalah mengakomodasi sekian banyak kepala, sekian banyak latar belakang, dengan sekian banyak kepentingan pula.
  • Sudah menjadi naluri setiap manusia, bahwa ketika dia memutuskan mengikuti sebuah komunitas, dia memiliki keinginan tertentu, bahkan secara ekstrim dia ingin mencari keuntungan. Keuntungan apa? Bisa apa saja dan setiap orang tentu berbeda-beda keinginanya.
    Seperti saya misalnya ketika ditanya kenapa ikut komunitas blogger, keinginan saya adalah mendapatkan ilmu, memperluas pergaulan. Kawan lain, bisa saja memiliki jawaban yang berbeda.
    Hal seperti ini juga menjadi hal yang harus diperhatikan pengurusnya.
  • Pengurus harus membagi perhatian yang adil kepada setiap anggota komunitasnya, karena pilih kasih kepada anggota hanya akan membuat komunitas tidak nyaman. Mengakomodasi keinginan yang sesuai dengan visi misi komunitas sangat dianjurkan.
  • Komunitas yang memiliki member banyak dan terus bertambah menunjukkan jika komunitas tersebut dibutuhkan oleh banyak orang.
    Namun ada baiknya pengurus membatasi jumlah anggota. Kenapa? karena semakin banyaknya jumlah anggota membuka kemungkinan tidak terakomodasinya aspirasi anggota, dan akan menuju titik jenuh. bagaimanapun pengurus memiliki keterbatasan, tak mungkin mengakomodasi jumlah anggota yang terlalu banyak.
  • Menciptakan keterbukaan saat kopdar.
    Salah satu naluri manusia adalah interaksi secara langsung, maka tidak heran jika kegiatan kopdar sangat diminati anggota komunitas, terlebih jika komunitas itu terbentuk di medsos. Saat kopdar ini akan teruji, sejauhmana interaksi yang sebenranya, karena interaksi di dunia maya tak bisa menjadi tolok ukur.
  • Kegiatan tidak pengurus sentris
    Yaitu kegiatannya memang ditujukan untuk menambah ilmu atau manfaat kepada anggota, bukan sebaliknya, yaitu kegiatan yang dijalankan hanya menguntungkan pengrusnya saja. Kegiatan semacam ini cenderung akan dihindari oleh enggota komunitas.
  • Tidak Ekslusif
    Bagi pengurus, sebaiknya tidak menunjukkan sikap eksklusif, terutama saat kopdar, karena akan menimbulkan rasa tak nyaman bagi anggota
  • Bagi anggota komunitas, sebaiknya berpartisipasi sebatas kemampuan yang bisa dilakukan, saling menjaga keamanan dan kenyamanan komunitas.
Memang sebagian besar aturan lebih banyak membebani pengrus komunitas, karena komunitas yang terbentuk di dunia maya, sifatnya longgar. Anggota lebih diuntungkan karena dia bebas memilih dan mengambil keputusan, komunitas mana yang akan dijadikannya rujukan secara aktif, dan komunitas mana yang akan ditinggalkannya.
Supaya komunitas tidak bubar, pengurus memang dituntut bertanggungjawab lebih banyak dibanding anggotanya. Pengurus dituntut kejeliannya menangkap arah dan keinginan anggota, agar komunitas tetap nyaman dan selalu up to date sehingga anggota betah didalamnya.

    31 komentar:

    1. Aku nyemplung komunitas biasanya ingin ngambil ilmunya.dan kebanyakan sebagai silent reader.nambah teman itu adalah bonusnya mbak :)

      BalasHapus
      Balasan
      1. iya mba, saya juga lebih banyak duduk manis dan menyimak, hehe
        makasih udah berkunjung mba Tatit

        Hapus
    2. Ih tulisannya oke nih, Mak! Makasih tips2nya yaaaa :*

      BalasHapus
      Balasan
      1. mba Putri, mba Pipit, makasih udah mampir
        curhat beberapa kawan kuracik, deh hehe

        Hapus
    3. Nah., pengurus sentris dan ekalusif siap siap daku tinggalkan :-)

      BalasHapus
      Balasan
      1. mba Woro, iyaa, ngurusi komunitas harus lapang dada yaa

        Hapus
    4. Setuju.Pengurus sentris,eklusif, gerombolan yang sama....yaaa masih bisakah komunitas bertahan. Lama Lama kehilangan anggota....

      BalasHapus
      Balasan
      1. mba Een, makasih udah berkunjung ya, kalo kehilangan anggota jadinya bukan komunitas lagi yak

        Hapus
    5. Akan kelihatan sendiri nantinya, mana pengurus yg ingin ambil keuntungan dan mana yg ihlas utk berbagi.

      BalasHapus
      Balasan
      1. mba Oty, harus luruskan niat yaa, bener-benr untuk berbagi, jadi anggota nyaman, pengruus senang
        makasih udah mampir ya mba sayang

        Hapus
    6. Itulah kenapa saya ngga mendirikan komunitas wkwkwk
      makasih sharingnya mba ^^b

      BalasHapus
      Balasan
      1. huhuy ada cik gu to disini? hehe, komunitas emak rentan retak yak?
        tengkyuu udah mampir

        Hapus
    7. Aku anggota, belum pernah mengurus. Tapi memang seringnya aku curi ilmu saja, kalau ada kegiatanpun jarang terlibat. Mungkin tipsnya bisa dipakai nih kalau someday aku mau bikin komunitas ;)

      BalasHapus
      Balasan
      1. iya mba, aku juga anggota, kita cari ilmu di komunitas, syukur dapat bonusnya, tambah teman, tambah saudara hehe
        makasih udah mampir ya mba

        Hapus
    8. Jadi, kapan kita kopdar lagi ?
      hihihi, OOTD

      BalasHapus
    9. Waah makasih tipsnya maak, kebetulan saya dan beberapa kawan baru membentuk komunitas nih

      BalasHapus
      Balasan
      1. mba Rahmi, yang penting meluruskan niat ya, ngurusi komuniats bener-bener berniat untuk berbagi
        Makasih udah mampir yaa

        Hapus
    10. setuju mbak..saya juga ngambil keuntungan dari komunitas. Cari ilmu dan bisa tukar pikiran. Yang paling saya sukai, saya bisa nambah temen, yang terkadang bisa jadi kayak saudara sendiri..saking akrabnya.. :)

      BalasHapus
      Balasan
      1. Siip, dik Nurul, iyaa, kalau kita niati dari hati, insya Allah yang kita dapat banyak ya
        Makasih ya udah berkunjung

        Hapus
    11. benerbanget tuh ada komunitas yang hanya ramai diawal saja eh udah kesana sanannya malah sepi

      BalasHapus
      Balasan
      1. yups, banyak yang seperti itu, obor blarak hehe
        Trims ya sudah mampir di blog ku

        Hapus
      2. Iya sama sama mbae hehehe sukses yo mba

        Hapus
    12. Setuju mak! Saya juga paling males dgn komunitas yg pengurus-centris dan ekslusif. Biasanya nama aja yg masih eksis di grup tsb, tapi buat berinteraksi, males deh...

      BalasHapus
      Balasan
      1. memang tak mudah membuat komunitas, karena pengurusnya harus terbuka, dan akomodatif, bukannya eksklusif
        Makasih ya mba sudah berkunjung

        Hapus
    13. Kebalikan dari mba Shinta nih aku, haha.. Aku mendirikan komunitas, sempet mimpi jd besar, tp ternyata gk jd besar. Tp gk bubar jg. Jd skrg, konsentrasinya, biar sedikit tapi solid. ;) salam...

      BalasHapus
      Balasan
      1. memang tak mudah mba, karena semuanya harus terjalin mutual ya, baik pengurus maupun anggota, saling menyadari dimana posisinya

        Makasih ya, sudha berkunjung

        Hapus
    14. Setuju banget dengan tulisannya, Mbak. Terangkum semuanya. TFS.
      Nah, sama dg cikgu, itu pula sebabnya sampai skrg saya ga jadi2 bikin komunitas. Hihi

      BalasHapus
      Balasan
      1. aah ada mba Alaika, tak mudah ya bikin dan mempertahankan komunitas, hehe
        Makasih ya mba, sudah berkunjung

        Hapus
    15. Komunitas kalau sudah berfokus pada pengembangan pribadi sang founder aja biasanya gak awet. Apalagi untuk tunjuan bisnis. Harus maju dan berkembang bersama-sama.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Yups, orientasi untuk kebersamaan, berjuang bersama, maju bersama, saling menyadari posisi dan porsi ya mba
        Makasih mba, sudah mampir

        Hapus