Rabu, 14 Desember 2016

Doodle on Daluang di Museum Tekstil

Seni merupakan salah satu cara untuk menghaluskan rasa, mengasah rasa, sehingga seni itu menjadi sesuatu yang menarik untuk terus dipelajari, termasuk seni melukis atau menggambar. 

Aku sudah cukup lama ingin punya kesempatan untuk melukis, hehehe, padahal sejak dahulu, pelajaran menggambarku nilainya tak pernah bagus. Akhir-akhir ini ada keinginan untuk mencoba menggambar atau melukis.


Arsitektur masa lalu yang nyaman



Jadi, ketika aku termasuk yang mendapat kesempatan hadir di acara Workshop Doodle on Daluang, wow, senang sekali pastinya, karena ini buatku sesuatu yang baru. Terlebih acara diadakan di Museum Tekstil, temapt dimana aku belum pernah menginjakkan kaki, jadi terasa lengkap sudah kegembiraanku ini.

Sebelum acara dimulai, aku menyempatan diri memasuki beberapa ruang di museum, dan sungguh takjub melihat hasil karya seni masyarakat Indonesia, dari berbagai daerah.

MC acara yaitu Adit, memandu acara dengan seru, menyegarkan suasana siang hari itu. Mengawali acara, dibuka oleh Ibu Esti Utami, selaku Kepala Museum Seni DKI Jakarta, dimana beliau menyampaikan beberapa laporan kegiatan seni yang ada di DKI. 




Penyerahan kenang-kenangan diserahkan mba Tanti Amelia pada bapak Usmayadi R

Penyerahan oleh mba Astri Damayanti pada ibu Esti Utami

Dilanjutkan oleh mba Nova sebagai perwakilan dari Blue Bird yang mengenalkan program Kartini Blue Bird. Mba Nova menjelaskan bahwa di perusahaan Blue Bird sudah lama ada program yang ditujukan untuk kaum perempuan.

Acara penyerahan lukisan sebagai sebuah cindera mata dilakukan berturut-turut, yang pertama diserahkan pada Kepala Asisten Deputi Bidang Kebudayaan DKI Jakarta, yang diserahkan oleh seniman daluang mba Tanti Amelia.

Mba Nova dari Kartini Blue Bird, menyerahkan pula hadiah lukisan untuk Prof. Sakamoto, ahli kertas yang datang dari Jepang. Penyerahan lukisan berikutnya adalah yang diserahkan oleh mba Astri Damayanti selaku founder Kriya Indonesia, kepada ibu Esti utami.

Setelah acara pembukaan workshop sekaligus penutupan pameran beaten bark oleh bapak Usmayadi Ramli selaku  Asisten Deputi Bidang kebudayaan DKI Jakarta, pesertapun menuju ruang depan untuk ikuti workshop.

Serunya acara sudah terasa begitu sang seniman daluang mba Tanti Amelia in action, memberi contoh gambar dengan obyek ondel-ondel. Kami diberi kebebasan mau menggambar apa saja, dengan catatan tidak boleh menggambar sawah dan gunung, hahaha.
Tahu kan, sawah dan gunung, gambar sangat mainstream di dunia menggambar anak-anak Indonesia.

Karena aku masih dalam tahap belajar, ya tetap mengikuti gambar mba Tanti, tidak berani berkreasi, merasa masih nol. Kawan-kawan semeja gambarnya lebih bagus, mereka, selain kayanya punya bakat menggambar juga sering melatih diri.

Suasana menggambar, sempat foto juga

Hasil karya pemula

Jenis-jenis kulit kayu

Di sela keriuhan peserta menggambar, mba Astri Damayanti founder Kriya Indonesia memberikan penjelasan sekitar daluang.

Dijelaskan bahwa kulit kayu itu bermacam-macam, sebut saja Fuya yang berasal dari Sulawesi Tengah, dan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, aku jadi ingat di desaku di jawa, kebanyakan orang menyebutnya dluwang, mungin dari kata daluang.

Kulit kayu banyak digunakan sebagai baju, sebagian ada di luar jawa, untuk Pulau Jawa, kulit kayu lebih banyak digunakan untuk bahan membuat kertas.

Kertas dari kulit jayu, atau daluang ini di Jawa banyak digunakan untuk menulis naskah-naskah kuno, untuk istilah kulit kayu di belahan dunia yang lain, menyebutnya dengan istilah tapa, terutama Pasific, Mexico

Pada perkembangannya, para pengrajin menjual kulit kayu dalam bentuk lembaran, harganya tergantung dari bahan baku kayunya. Bahan yang dibuat dari kayu Beringin maupun kayu Malo, harus direbus terlebih dahulu agar saat dipukul kayu itu empuk, proses pembuatannya memakan waktu 4 sampai 6 hari.

Kulit kayu Saeh akan berharga lebih mahal dibandingkan dengan kulit kayu Malo atau Beringin

Harga kain kulit kayu di tingkat pengrajin berkisar antara Rp. 150.000,00 hingga Rp.350.000,00. harga tersenut termasuk sangat murah, jika melihat pada proses pembuatanya yang memakan waktu lama..

Untuk 1 lembar kain berukuran 1m x 1.5m, dengan mengambil kulit kayu dari pohonnya, kulit dibersihkan terlebih dahulu dengan air mengalir, maka tak heran kalau harga kulit kayu mencapai Rp. 55,00/cm atau sekitar Rp.550.000,00/ meter.

Mendoodle di atas daluang

Menggambar di atas daluang, menjadi pengalaman baru bagiku, tentunya sangat menyenangkan dan kunikmati betul.

Meskipun bicara soal menulis bagus bahkan menggambar, aku termasuk tidak mampu, hehehe. Aku bukan orang yang tekun dan telaten untuk bisa menggambar.

Yah, aku bukan orang yang telaten, harapanku mengikuti acara ini menajdi salah satu ajang untuk mengasah rasaku agar menjadi orang yang lebih telaten.

Terlebih media daluang yang dibagikan panitia juga bukan media yang mudah untuk dikenai pensil karena bertekstur dan rapuh. Tidak mudah menorehkan pensil, harus dijaga supaya daluang tidak sobek.

10 komentar:

  1. ternyata kulit kayu ada banyak macam jenisnya..
    btw tempatnya serem bu hhehehe

    BalasHapus
  2. Dan sama sepertiku, tidak pandai menggambar. Hihihihi.

    Acaranya seru banget itu, bisa belajar bareng mendoodle. Kalau ada di daerahku pasti yg rajin datang adikku, karena dia hoby bikin doodle juga.

    Dan baru tahu,kulit kayu itu macam-macam jenisnya dan bisa dimanfaatkan dg baik (bukan sekedar sebagai kayu bakar-kalau di tempatku si)

    BalasHapus
  3. Aku belum pernah doodle. Pengen datang ke acara itu tapi pas bentruk ama jam kerja. Asyik mba bisa ikutan ih :)

    BalasHapus
  4. Sama kyk mba Lida aku belum pernah ikutan doodle dan pastinya krn bentrok :)
    seru y mba kegiatannya

    BalasHapus
  5. wah kaya seru tuh ya bisa menggambar di atas daluang

    BalasHapus
  6. Keren kakak karyanya :D memasukan kebudayaan daaerah...

    BalasHapus