Kamis, 16 Februari 2017

Sahabat di Ruang Nyata dan Sahabat di Ruang Maya



"Mba, aku dipamiti kawan baiikku, dia pamit untuk tidak berteman di medsos.", itu curhatan salah satu kawan beberapa waktu lalu. Kawan lain curhat, kalau dia terpaksa memutus pertemanan karena temannya sudah berubah.

Ada lagi yang curhat kalau dia diinbox untuk mendukung salah satu bakal calon gubernur daerah tertentu oleh kawan lamanya, dan ditolaknya. Ternyata sejak itu kawannya menjadi tidak ramah dan bersahabat dengannya.

Masih banyak lagi curhat kawan-kawanku yang mengisahkan kesedihannya karena kehilangan kawan akibat beda pilihan.

Itulah yang  akhir-akhir muncul ini di ruang maya, di time line beberapa kawan. Banyak yang menulis bahwa mereka diunfollow, mengunfollow, diunfriend, mengunfriend. 

Kenapa? karena segala keriuhan yang terjadi di luar sana, tarik menarik kekuatan dan dukungan di luar sana, ternyata cukup punya pengaruh pada interaksi antar teman.

Akibat beda pilihan 


Sebenarnya bukan hal yang aneh ketika satu dengan yang lain itu beda pilihan, pilihan dalam hal apapun, karena setiap manusia itu memiliki kebebasan menentukan pilihan masing-masing.

Situasi yang ada adalah, bahwa dalam alam bawah sadar kita tertanam, karena dia sahabat kita, tentunya pasti 'sama' dengan kita, inilah sesungguhnya yang muncul dalam alam bawah sadar kita.

Dalam alam bawah sadar, ada semacam tuntutan dalam pikiran kita, bahwa kawan kita , sahabat kita, pasti sama, atau harus sama dengan kita.

Bagaimana mungkin bisa beda, karena selama ini kita bebas dan enjoy ngobrol apa saja, dari A sampai z, dari ujung ke ujung dengan sahabat kita. Mungkin tak ada tema obrolan yang tidak asyik dibincangkan dengan sahabat kita. Kok tiba-tiba dia tampak bukan seperti yang kita kenal, kok beda, kok berubah, dan sebagainya.

Ya, kaget, tak percaya, yang lalu berujung pada rasa pahit, sedih, kecewa, hingga rasa itu menjadi sangat mengganggu. Pada orang tertentu, gangguan sedih dan kecewa bersinggungan dengan sahabat , cukup menyesakkan dada.

Salah satu solusi untuk mengurangi gangguan, mengurangi rasa sesak di dada, maka dipilihlah untuk terlepas sekalian dari sahabat kita itu. Ya, memutus pertemanan dianggap sebagai solusi yang tuntas, mengurangi kecewa dan pahit.

Tapi persoalan tidak berhenti sampai disitu kan? karena tetap saja rasa sedih dan kehilangan ada karena mungkin usia pertemanan yang sudah sekian lama.


Persahabatan Asinan Blogger


Di medsos ada trending topik


Ketika kita ngobrol dengan sahabat kita kita bisa bicara ngalor ngidul, dengan tema yang bervariasi. Mulai ngobrol tentang keluarga, hiburan, hobi, kuliner, fashion dan lainnya. 

Sementara, topik pembicaraan di medsos, selalu mengikuti trend, selalu membincangkan apa-apa yang sedang menjadi trending topik. 

Tak terhindarkan, kitapun akan dikelilingi topik yang sedang nge trend, tidak peduli apakah kita suka atau tidak. Tergantung cara kita bagaimana mensikapi trending topik, terutama yang tidak kita sukai.

Bulan ini negeri kita sedang menyelenggarakan pilkada serentak, maka topik ini dan semua faktor ikutannya  menjadi marak tersaji di medsos kita. Menurut aku, dalam batas proposional,  ini wajar saja.

Kenapa memanas? karena sahut menyahut membela pilihan makin lama makin emosional. Nah, ini yang bikin suasana jadi penuh perseteruan. Lalu ketika perseteruan itu antar orang yang berteman, bersahabat, dan tak siap beda, teman jadi musuh, saudara juga jadi musuh.


Medsos by Pixabay



Persahabatan by kaboompic


Dua ruang yang berbeda


Sesungguhnya ruang maya dan ruang nyata bisa bertolak belakang. Jika ruang maya cenderung mengikuti trend, maka ruang nyata lebih bervariasi dan lebih leluasa.

Ketika bersama kawan atau sahabat ketemu di ruang nyata, pastinya kita akan ngobrol ngalor ngidul dengan topik yang sangat bervariasi, bahkan tanpa topik kan?

Kita bisa ngobrol seharian tidak lelah, dari masalah keluarga, anak, pasangan, hobi, tentang kuliner, traveling, dan kita ngobrol benar-benar hanya dengan yang ada di depan kita, kawan kita. Interaksi yang terjalin di ruang nyata adalah satu-satunya interaksi yang jujur.

Apa yang bisa dilakukan, agar pertemanan kita dengan kawan kita tetap lestari selama-lamanya? Halaagh
  1. Tinggalkan medsos.
    Ya, tinggalkan medsos untuk sementara waktu, sampai kondisi riuh rendah selesai. Ini akan menjaga hati kita dari perasaan yang tak nyaman jika kita tak siap berbeda.
    Dengan begitu, kamu sudah tak lagi melihat postingan kawan kamu, dan pertemanan tetap aman.
  2. Putuskan pertemanan di medsos
    Putuskan pertemanan di medsos, tapi tetap berteman di ruang nyata. Lebih baik berkawan akrab di ruang nyata, tokh tak ada masalah ketika tidak berteman di medsos.
  3. Lapangkan dada
    Kalau dua langkah di atas itu masih terasa berat, satu-satunya jalan adalah melapangkan jiwa dan dada. Lapangkan ruang di dadamu selapang lapangnya, tanpa tepian.Bersikap rileks
  4. Percayalah, karena sifat medsos yang by trend, maka selesai pilkada pasti akan selesai semua pertikaian di medsos itu. Kalau tokh masih berlanjut tak akan lama. Pengguna medsos bersifat mudah move on, agar selalu up to date.
Buat apa bermusuhan kalau berteman itu lebih menyenangkan? Gunakanlah medsos untuk diambil manfaat yang positif. Menjalin hubungan, interaksi positif, berbagi kebaikan dll.

Bertemulah dengan sebanyak mungkin orang yang berbeda sesering bisa dilakukan. Beradaptasilah dengan yang beda, maka kamu akan terbiasa dengan perbedaan.

21 komentar:

  1. Sama mba ...sampe sekarang saya masih belum mengerti benar kok bisa2nya yg tadinya berteman jadi berantem gegara medsos.

    Setuju .. kalau bisa berteman ngapa juga cari musuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Melapangkan jiwa perlu latihan kayanya bang, sering ketemu dengan sebanyak mungkin orang yang berbeda, bisa menjadi pembiasaan.
      Makasih ya udah mampir.

      Hapus
  2. Harus banyak ngelus dada dan istigphar ya sekarang cek sosmed, banyak yang bikin berantem emang, tapi kadang saya ga abis pikir deh kenapa ya sampe berantem gitu, wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pada berantem karena pada ngelus ego masing-masing mba

      Hapus
  3. Memanfaatkan medsos untuk hal positif aja. Misal buat jualan. Kalau diturutin terus nggak ada habis2nya, Mbak. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha yo, wong bisa dimanfaatin buat kebaikan kok ya, milih yang baik-baik ajaa

      Hapus
  4. Alhamdulillah aku nggak pernah berantem ama sahabat karena medsos :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, jangan sam[ai kejadian begitu yaa

      Hapus
  5. Ya ampun, andai semua pengguna medsos sadar akan hal ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayangnya enggak, hehehe. Masih ada yang mudah kena pengaruh negatif

      Hapus
  6. hahaha saya mah liat yg postingnya provokasi say sorry to unfollow

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setujuu, banyak jalan untuk bikin kita nyaman kok

      Hapus
  7. aku udah kasih warnin diri sendiri, mau buka medsos nggak boleh baper
    jadi aku baca2 aja nggak kasih komen

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yess, keren, enakan begitu mba, wanti-wanti ke diri sendiri

      Hapus
  8. Aku juga ngga ngerti kenapa medsos koq dianggap serius amat ya buat hal-hal kaya ginih... etapi mungkin karena aku ngga aktif kali ya di medsos, jadi emang jarang mantengin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, terkadang ada yang nggak bisa milah milah

      Hapus
  9. Iya skrg pd serius2 ya di medsos. Tp seru juga siy baca komen/status yg aneh2...buat hiburan. Asal ga ikut kepancing komen aneh juga...😀

    BalasHapus
  10. Untungnya belum pernah putus pertemanan dengan yang berbeda, karena kalau benar2 teman itu nggak saling nyolot.

    BalasHapus
  11. Lucu ya, tp itulah kenyataannya. Kadang terjadi dan semoga tak menimpa kita.

    BalasHapus
  12. medsos cuma scroll bentar, jarang komen :D

    Horeee ada sepatuku nyempil disitu :*

    BalasHapus
  13. Aku lebih memilih "diam" tak bereaksi, saat sahabat dumay yang aku sayangi berseberangan pilihan.

    Aku percaya jika aku ladeni, rasa itu tidak pernah akan sama lagi. Jadi, aku memilih diam dan tenggelam. Tak ingin mengusik pertemanan.

    Aku pilih jadi pengamat saja saat sahabatku itu menjadi "agen kebencian", meski nun jauh di lubuk hati, aku tak menyangka sama sekali.

    Aku percaya pasti dia juga keberatan dijuluki agen kebencian, meski statusnya semakin menjelaskan. Alih-alih pasti doi akan bilang menegakkan kebenaran.

    Diam, sepertinya lebih baik, saat ini.

    Eh, kog malah curhat ya :D



    BalasHapus