Sabtu, 20 Juni 2015

Berburu Kuliner Nostalgia Disaat Mudik

Makanan enak, dan sesuai dengan selera kita, akan senantiasa kita rindukan. Terlebih jika masakan itu adalah makanan yang sering kita rasakan saat kita masih kecil, saat kita remaja. Kita tentu ingin mengulang lagi sensasi yang sama.

Saat mudik, adalah saat yang selalu aku rindukan karena aku mudik hanya satu kali dalam satu tahun, Kangen sangat karena terlalu banyak kenangan  yang ada di desa kelahiranku, kangen karena kerabat dan sahabatku ada disana. Kangen juga karena banyak kuliner ndeso yang ngangeni, dan tak kutemukan di kota tempat tinggalku sekarang, yaitu kota Bogor.

Sekalipun berada jauh dari pusat propinsi jawatengah, desaku cukup kaya dengan kuliner-kuliner khas, sama dengan daerah lain di Jawatengah. berbagai jenis kuliner itulah yang membuatku sering rindu untuk pulang.

Oh ya, nama desaku adalah Sukorejo di kecamatan Sukorejo. Kecamatan yang berada di selatan di kabupaten Kendal. Maka, jika sebagian kecamatan di kabupaten Kendal berada di wilayah pantura, desa Sukorejo ini berada di dataran tinggi, berdampingan dengan wilayah kabupaten Temanggung.

Kembali ke kulinernya, ada beberapa jenis kuliner atau masakan yang khas dan populer di desa Sukorejo ini. Meskipun tidak menutup kemungkinan masakan yang  sejenis dengan masakan-masakan  ini juga bisa ditemukan di wilayah lain.


Beberapa jenis masakan ndeso murah meriah yang sering aku harus nikmati diantaranya adalah
  1. Brongkos
    Brongkos adalah masakan sejenis rawon. Kalau rawon kuahnya cenderung ringan, brongkos berkuah santan dengan warna keluweknya dominan. Isinya daging sapi yang dipotong kecil-kecil. Kadang-kadang ada juga yang memasak brongkos dan daging diganti dengan tahu, labu siam dan telur. Di beberapa daerah lain, brongkos kadang diisi dengan kacang merah.
    Bumbu brongkos selain keluwak adalah rempah seperti kunyit jahe, juga sedikit cabe, karena itu rasa brongkos sedikit pedas.
    Brongkos nyaris menjadi icon di desaku karena setiap yang berkunjung ke desaku, akan mencari brongkos untuk teman makan nasi.
    Menu ini, tak pernah ketinggalan selalu aku cari saat aku mudik, karena waktu aku bikin brongkos di Bogor, rasanya beda, kurang enak. Hehehe, mungkin beda suasananya ya.

  1. Lesah atau Tauto
    Masakan ini, sedikit mirip dengan masakan laksa Bogor. Tauto, dimasak dengan bumbu seperti soto, diberi sedikit tambahan rasa dengan tauco dan bersantan. Rasa khasnya yang gurih, segar dan rasa tauco yang samar, membuat masakan ini berbeda dengan masakan santan kuning pada umumnya.
    Dinamakan tauto karena masakan ini bumbunya adalah gabungan antara bumbu soto ditambah tauco.
    Isinya hanya daging ayam yang disuwir, dimakan dengan potongan kerupuk kuning ( di desaku namanya krupuk mi ). Biasa disantap bersama lontong atau ketupat, meskipun disantap bersama nasi putih juga tetap lezat.
    Makanya menu ini juga tidak kulewatkan.

  2. Nasi jagung komplit
    Nah, ini dia masakan murah meriah. Nasi jagung yang ditemani urap daun singkong, buntil daun talas, rempeyek teri atau rebon. Baik buntil maupun urapnya pedas sekali.
    Sehat, dan meriah. Harganya itu lho, harganya. Muraaah sekali. Saat ini sebungkus nasi jagung, lengkap dengan urap, buntil dan peyek teri hanya Rp.1000 rupiah, seribu rupiah you know?

  3. Buntil dan Urap.
    Buntil dan urap, menjadi sayur wajib yang mendampingi nasi jagung, tetapi enak pula dimakan dengan nasi putih biasa.
    Urap teman nasi jagung ini sangat sederhana, hanya rebusan daun singkong yang dipotong kecil-kecil, lalu dicampur dengan bumbu urap yang sangat pedas.
    Demikian juga dengan buntilnya, buntil daun talas. Daun talas yang diisi bumbu kelapa pedas, lalu dilipat kemudian dikukus.

  4. Tempe Bumbung
    Bumbung adalah bambu yang masih utuh. Di desaku, para perajin tempe mempunyai cara yang unik dalam memperoduksi tempenya, yaitu kedele yang sudah direbus dan diberi ragi, dimasukkan kedalam potongan bambu yang masih utuh, atau di tempatku disebut bumbung. Rasa tempe selain lebih empuk, juga beraroma segar, aroma bambu.
    Meskipun sudah mulai tergeser dengan tempe-tempe berbungkus plastik, namun masih ada perajin tempe yang amsih setia menggunakan bumbung untuk memproduksi tempe.
    Tempe bumbung ini menjadi tempe legenda di desaku, sehingga masih banyak saja orang yang lebih memilih tempe bumbung ini.

 Tempe Bumbung

 Tempe Bumbung Bacem
Masakan sederhana ini terutama nasi jagung komplit dengan urap dan buntil, peyek teri, sulit aku temukan di Bogor, bahkan belum pernah. Maka setiap kali pulang ke desaku, aku selalu mencari masakan-masakan itu.

Namun, beberapa masakan itu tidak berada di satu tempat, sehingga untuk bisa menikmati masakan-masakan tersebut membutuhkan transportasi yang memadai.

Bodi Cantik Sporty

Interior Lengkap


Audio Canggih

Menggunakan mobil Toyota Agya untuk berkeliling desa berburu kuliner kesayangan adalah sebuah keputusan yang tepat. Mobil Toyota Agya memiliki bodi yang mungil dengan tampilan yang fashionable, tentu akan menjadi kawan yang menyenangkan. Desa saya adalah dataran tinggi dengan konktur tanah yang tidak sepenuhnya mulus. Menggunakan Toyota Agya, sangat bisa diandalkan karena mesinnya kuat, dengan mesin 1KR DOHC 12 Valve Electronic Fuel Injection. Dengan Ground Clearance yang  tinggi, sehingga mobil tetap stabil sekalipun jalan yang dilalui tidak rata. Kebutuhan musikpun menawarkan fasilitas audio yang keren, karena selain AMFM Radio, lagu bisa didengarkan dengan memutar USB Flashdisk atau  gadget juga CD.
Kuliner nostalgia adalah kuliner kesayangan, menelusuri sambil mendengarkan lembutnya alunan musik dari dalam mobil dan ditemani sejuknya angin pegunungan, tentu akan menjadi peristiwa yang tak terlupakan.
 

22 komentar:

  1. makanannya nampak enak-enak mbak,,hehe kulinernya pasti seru ya mbak :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, iya mba, enak, unik. Ada yang lebih unik, belum sempet kekulik
      Makasih mba Nindi, udah berkunjung

      Hapus
  2. Balasan
    1. Tauto, sedikit mirip laksa mba, kombinasi rasa soto santan dengan ada tambahan rasa tauco
      Makasih ya mba, udah mampir

      Hapus
  3. Aku kangen sama nasi jagung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, di Bogor belum pernah jumpa nasi jagung
      Makasih mba Her, udah mampir

      Hapus
  4. Duh...salah nih bacanya pas siang2, menggoda iman semua itu kulinernya hihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, sebenarnya kuliner sederhana mbaa, kuliner ndeso, cuma karena menu ini sekarang hampir tak pernah saya icip, jadi kangen hehe
      Makasih mbaRin, udah berkunjung

      Hapus
  5. Saya penasaran dengan brongkos, pengen banget nyicip :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuuk, kapan ketemuan, ntar kumasakin brongkos
      Makasih mba, udah mampir

      Hapus
  6. Buntilnya itu loh mba... aku pengen!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, buntil lauk sederhana, tapi khas
      makasih ya mas, udah mampir

      Hapus
  7. tempe bumbung pernah nyicipin waktu ada tetangga yang bawa pas balik pulkam beberapa tahun lalu

    kalo brongkos mah sering makan he he he
    untung baca ginian malam2, kalo siang mah kacau deh puasanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah pernah icip ya? rasanya khas.
      Hehehe, menggoda ya
      Makasih mas Irul, udah mampir

      Hapus
  8. Masih laku ya uang 1000 dah dapat nasi juga. Jajan kenyang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, di desa mah masih banyak makanan yang ramah di dompet hehehe
      Makasih, sudah mampir

      Hapus
  9. nama2 makanannya saya baru dengar nih mba... :) setiap daerah memang memiliki keunikan makanannya masing2 ya...

    BalasHapus
  10. aaahhh.. udah lama banget ga makan tauto, jadi kangen

    BalasHapus
  11. aih kulinernya mantap-mantap, mak

    BalasHapus
  12. Brongkos kayaknya enak...
    Btw, izin follow blognya, Mak. Yuk saling follow :)

    BalasHapus
  13. Makanannya unik-unik banget, Bu. Untung aku bacanya saat baru aja selesai sahur. Hihihi ... sebagian makanan ini aku tau tapi belum pernah coba. Kayaknya kok jadi pengin menjelajah di Kendal.

    BalasHapus
  14. Tauto, namanya sama dengan Soto Pekalongan, sama-sama pake tauco, tapi kalau di Pekalongan gak pake santan. Btw, aku belum pernah makan nasi jagung lho, mbak. Bisa dinikmati di Bogor gak ya?

    BalasHapus