Jumat, 23 Maret 2018

Penyakit TBC, Mencegah dan Mengobatinya


Penyakit TBC mungkin saja sudah aku kenali sejak lama, hanya aku belum paham jika itu gejala TBC. 

Waktu masih kecil, tetangga sebelah rumahku hampir tiap hari batuk-batuk kencang, malah kayanya sampai nangis-nangis itu kalau batuknya sudah berkepanjangan.

Mungkin malam hari, makanya batuk jadi terdengar nyaring, bahkan terkadang aku seperti mendengar suara jeritan setengah menangis dengan nafas tersengal-sengal.

Karena masih kecil, aku nggak paham apapun, hanya ada semacam rasa takut, bahkan ngeri.

Aku hanya mendengar kedua orang tua aku saling bicara perlahan, 

"Mesake Eko kae,  bocah watuke kambuh" kata ibuku, lalu disahuti ayahku "ibu karo bapakne ora ngurusi".

Lalu aku ingat, pagi-pagi ibuku pergi ke rumah sebelah, dan aku lamat-lamat mendengar, kalau ibuku memberi saran pada orang tua anak itu untuk membawa anaknya ke klinik.

Seingat aku, beberapa kali ibuku menyambangi tetangga aku itu, sekedar memberi obat batuk sekaliogus menyarankan untuk berobat akrena orang tua aku paham jika batuk anak itu batuk yang berbahaya.

Aku lupa, apakah anak itu akhirnya dibawa ke dokter atau enggak, hanya sepertinya anak itu terus pergi dari rumahnya dan tidak kembali lagi. 

Setelah aku menginjak dewasa, barulah aku dengar lagi , kalau ternyata Eko ( nama anak itu ) penderita TBC yang kurang terperhatikan keluarganya, sehingga makin parah.


Penyakit TBC


Penyakit TBC, pertama kali aku dengar dari kedua orang tua aku, karena tetanggaku penderita TBC.

Masa kuliah, tinggal di rumah kost, aku ketemu lagi pengalaman yang mirip-mirip sama pengalaman kecilku. Dari rumah tetangga, hampir setiap malam terdengar suara batuk yang tiada henti, mendengarkan saja dada rasanya ngilu.

Di rumah itu, hanya ada seorang laki-laki,  yang kalau siang hari bekerja, jadi terdengar batuknya hanya malam saja.

Beberapa tahun kemudian aku mendengar kabar kalau bapak itu sudah wafat, dan memang terkena TBC seingat aku, beliau perokok berat, kata istrinya waktu itu.

TBC? iya, ternyata dua kasus yang kutemukan pada rentang waktu yang sangat panjang itu dua hal yang sama persis, sakit TBC.  Apakah sekarang masih ada? bagaimana mengenali TBC?.

Nah, memperingati hari TBC sedunia athun 2018, Kementerian Kesehatan RI, emngadakan Workshop Blogger, dengan mengusung tema Peduli TBC, Indonesia Sehat". 

Di antara nara sumbernya adalah bapak Direktur Jenderal  Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, yaitu   Dr Anung Sugihantono, M.Kes.  

Menurut beliau, tema ini adalah ajakan kepada semua pihak, dan segenap masyarakat untuk aktif dalam gerakan TOSS sebagai upaya pencegahan dan pengendalian TBC.

Apakah TOSS? adalah singkatan dari Temukan, Obati, Sampai Sembuh, geraakn untuk menemukan pasien yang terindikasi TBC sebanyak mungkin, mengobatinya sampai sembuh.

Ketika mereka yang terkena penyakit TBC belum atau tidak ditemukan, potensi peningkatan penyakit ini menjadi tinggi. Kenapa? karena akan terjadi penularan yang membuat penyakit jadi merajalela.

Orang-orang yang belum diperiksa, dan diobati akan menjadi sumber penularan bagi orang-orang di sekitarnya, inilah yang menyebabkan munculnya kesan bahwa persoalan TBC tak pernah selesai.

Dengan menemukan penderita TBC, bisa diupayakan untuk mengobatinya sampai sembuh, maka rantai penularan penyakit akan bisa diputus.


Dr. Anung Sugihantono M. Kes


Gejala-gejala TBC


  • Batuk terus menerus, tak berhenti. Batuknya bisa batuk berdahak maupun batuk tidak berdahak.
  • Meriang, demam yang tidak terlalu tinggi
  • Berkeringat tanpa sebab, yang datangnya terutama pada sore  dan malam hari.
  • Batuk berdahak, dan dahak bercampur darah.
  • Nafsu makan makin menurun
  • Berat badan juga terus menurun
  • Nyeri di dada.
Mengenal Tuberkulosis

  • Populer dengan nama TBC
  • TBC penyakit menular langsung
  • Penyebabnya kuman TB ( Mycobacterium Tuberculosis )
  • TBC dapat disembuhkan
  • Bukan disebabkan oleh guna-guna/ kutukan penyakit keturunan
  • Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tapi bisa menyerang organ lain seperti kelenjar, tulang, kulit,dll )
  • TB bisa menyerang siapa saja , terutama usia produktif/ masih aktif bekerja ( 15 - 50 tahun ) dan juga menyerang anak-anak
  • Bila tidak segera diobati, maka TB dapat menyebabkan kematian


Gejala TBC yang memungkinkan penularan langsung, bisa disebabkan oleh faktor resiko yang bikin TBC mudah menular, diantaranya:
  • Pasien TBC paru, dengan kuman positif yang terdapat pada dahak
  • Jumlah percikan dahak dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
  • Kontak erat dengan pasien TBC
  • Tinggal di daerah padat penduduk
  • Orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berresiko menimbulkan paparan infeksi paru.
  • Daya tahan tubuh yang rendah, seperti HIV/ AIDS, usia lanjut, anak, dan seseorang dengan malnutrisi. HIV merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TBC, berkembang menjadi sakit TBC.
  • Mereka yang terinfeksi TBC, hanya 10 % saja yang akan berkembang jadi sakit TBC

Karena penyakit TBC ini berhubungan dengan batuk, maka ada etiket batuk yang semestinya diketahui bersama. Dengan memahami etiket batuk ini maka bisa meminimalkan penularan.


Bapak Pandu Riono

Bapak Pandu Riono, peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyampaikan perlu adanya perhatian sungguh-sungguh pada etiket batuk, karena satu orang penderita penyakit TBC berpotensi menularkan pada 15 orang, nah betapa bahayanya.

Etika batuk yang dimaksut yaitu :
  • Menggunakan masker
  • Saat kita batuk, gunakan lengan untuk menutup hidung dan mulut kita
  • Atau menutup hidung dan mulut dengan tissu atau saputangan ektika sedang batuk
  • Tissu yang sudah dipakai segera dibuang
  • Mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun

Karena sifatnya menular, semestinyalah jika bisa dilakukan pencegahan, sebaiknya dicegah penularannya. 


Untuk mencegahnya bisa dilakukan dengan cara
  • Pasien TBC meminum OAT  ( Obat Anti TBC ) secara lengkap dan teratur sampai sembuh
  • Pasien TB menutup mulutnya ketika bersin dan abtuk
  • Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi dibuang di tempat khusus dan tertutup
  • Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, diantaranya 
    - Menjemur alat tidur
    - Membuka jendela dan pintu setiap pagi, agar terjadi sirkulasi udara dan  sinar matahari masuk. Karena bakteri TB dapat bertahan lama di tempat yang tertutup dan lembab. Bahkan kumannya bisa bertahan mulai hitunagn jam hingga bulan.
    - Makan makanan bergizi
    - Tidak merokok dan minum minuman keras
    - Olahraga secara teratur
Bagaimana pengobatannya?

Pengobatan TBC Sensitif Obat selama 6 - 8 bulan yang terbagi dalam 2 tahap
  • Tahap awal ( setiap hari 2 - 3 bulan )
  • Tahap lanjutan ( 3 kali seminggu selama 4 - 5 bulan )
Pengobatan TBC harus tuntas, karena ketika tidak tuntas akan mengakibatkan resisten yaitu
  1. Penyakit tidak sembuh dan tetap berpotensi menular ke orang lain
  2. Penyakit justru bertambah parah yang bisa mengakibatkan kematian
  3. Obat Anti TBC ( OAT ) biasa, tidak membunuh kuman, sehingga pasien tidak bisa disembuhkan
  4. Pengobatan menjad lebih lama, yaitu sekitar 2 tahun
  5. Biaya pengobatan membengkan, mencapai 200 kali lipat

Bapak Edi namanya, mantan penderita TBC,  dengan masih digayuti rasa sedih, curhat di forum, betapa sangat menderitanya kehidupannya ketika menjadi penderita TBC.

Pengobatan yang panjang dijalaninya dengan tabah, yang memakan waktu selama 21 bulan, 8 bulan rutin menjalani suntik, dan setiap hari harus mengkonsumsi obat 13 butir, terbayang kan bagaimana untuk sembuh membutuhkan kekuatan batin tersendiri.

Bahkan pengobatan panjang tersebut sempat membawa efek samping yaitu sempat terkena asam urat hingga di kisaran angka 19.

Berkat dukungan segenap keluarga intinya bahkan seluruh keluarga besarnya, kini pak Edi sudah dinyatakan sembuh total dan bersih dari penyakit TBC, dan beliau mendapatkan sertifikat


Penyakit TBC yang sudah sembuh mendapat sertifikat



Blogger peserta workshop


Yuk, kita peduli pada sekitar kita, kita bantu apa yang bisa kita bantukan, agar diri kita, keluarga dan masyarakat kita sehat, demi menuju kemajuan negeri tercinta.


19 komentar:

  1. jadi sebenarnya pnderita TBC bisa sembuh asal pengobatannya betul ya

    BalasHapus
  2. TBC itu bisa disembuhkan asalkan harus rutin pengobatannya.

    BalasHapus
  3. mendengarkan kesaksian pak Edi jadi tau dampaknya TBC, semoga tetap sehat dan bisa memberi semangat ke yang lain

    BalasHapus
  4. Wah skrg bs disembuhkan ya. Dulu kan diasingkan kalau sudah kena TBC.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, cuma sebagian penderita masih saja belum membuka diri

      Hapus
  5. Aku jadi ingat sodara temanku yang menderita TBC dan harus benar2 'bersih' ya agar tak kambuh lagi

    BalasHapus
  6. Penyakit TBC ini harus benar2 disembuhkan ya. Jangan sampe kambuh.

    BalasHapus
  7. Saya punya temen sakit TBC, Alhamdulillah skrng sdh sembuh meski masa pengobatan nya banyak rintangannya

    BalasHapus
  8. TBC ini sdh aku kenal dan bikin serem krn tetangga ibuku sampai hampir sekeluarga meninggal krn TBC. Untungnya ada yg berhasil sembuh. Pokoknya nakutin deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, serem, makanya masih banyak kendala pengobatannya

      Hapus
  9. Mbak kemarin di jalan aku liat banyak sticker2 kalau gak salah gambar "TOSS" gtu buat pengobatan TBC.
    Skrng TBC alhamdulillah ada obatnya, banyak jg seminar2 yang diselenggarakan utk edukasi kpd masyarakat yg menginfokan pencegahan dan cara menyembuhkan TBC ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, peringatan hari TBC se dunia, tema yang diangkat TOSS.

      Hapus
  10. masih banyak yang kurang paham mengenai TBC ini, harus banyak lagi penyuluhan ke masyarakat2 menengah ke bwah.

    pbb


    BalasHapus