Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 November 2018

Menjadi Sahabat Anak, di Era Industri 4.0

Halo, assalamu'alaiku, apa kabar kamu? semoga dalam keadaan baik-baik, sehat dan jangan lupa, bahagiakan diri sendiri, setuju kan?

Yuk berbagi tentang keluarga, kaluarga kamu, keluarga aku, keluarga di sekitar kita, keluarga siapapun di Indonesia, ciee.

Saat ini, Indonesia memasuki era industri 4.0, dan kita tahu kan, sekarang ini nyaris semua aktifitas kita tak bisa lepas dari digital, dan hal ini tak lepas dari perkembangan global berkaitan dengan majunya teknologi informasi saat ini.

Jumat, 05 Oktober 2018

Atasi Stunting, KPPPA dan FOI Luncurkan Kampung Anak Sejahtera

Halo, assalamu'alaikum kabar baik kan? yuk bahagiakan diri sendiri, tak lupa bahagiakan orang lain, orang-orang di dekat kita, sebisa kita pastinya.

Pernah dengar tentang stunting? pasti pernah kan, sunting biasa dikenal sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita, akibat kurang gizi kronis. Akibatnya anak gagal tumbuh, perkembangan otak tidak maksimal, dan gangguan metablisme.

Dampak jangka panjang, terjadi penurunan kemampuan kognitif, menurunnya kekebalan tubuh, dan mudah terserang penyakit. Bayangkan saja, penyakit seperti obesitas, diabetes, kanker, akan mengenai mereka yang mengalami stunting.

Selasa, 02 Oktober 2018

Keluarga Harmonis Bersama Resik V Khasiat Manjakani

Halo, assalamu'alaikum, apa kabar kamu? sehat dan bahagia selalu pastinya, tak lupa kita doakan juga semoga saudara-saudara kita yang sedang dalam musibah terutama yang di Palu, Donggala dan sekitarnya selalu dalam lindungan Tuhan Maha Kuasa

Kali ini aku mau berbagi tentang keluarga, tepatnya upaya menjaga keharmonisan keluarga. Menurut kamu, apa sih yang berperan dalam menjaga keharmonisan keluarga? siapa yang menjadi pemeran utama? suamikah? atau istri? Menurut aku sih suami dan istri dong, kan keluarga itu tiangnya suami sama istri.

Sabtu, 19 Mei 2018

Cinta yang Terencana, Demi Keluarga Berkualitas

Halo, masih ada yang kenal atau ingat lagu ini?



Harta yang paling berharga 
Adalah keluarga
Istana yang paling indah 
Adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna
Adalah keluarga
Mutiara tiada tara
Adalah keluarga

Lagu yang pernah populer itu melukiskan, bahwa keluarga adalah sebuah harta yang paling bermakna, bahkan tak terniai harganya. 

Lalu, sejenak kita ingat kasus bom bunuh diri yang menghentak nalar dan hati kita --aku masih sedih kalau ingat akan tragedi ini--, dimana diduga pelakunya adalah sebuah keluarga.

Tragedi ini makin membuat aku sedih banget, karena salah satu pelaku bom bunuh diri itu perempuan, ya perempuan yang identik dengan kelembutan, kasih sayang, welas asih. 

Bukan hanya itu saja, perempuan itu juga mengajak anak-anaknya untuk ikut serta menjadi bomber, sampai saat inipun rasanya masih tidak percaya. muncul pertanyaan, kok bisa? kok tega?.

Tragedi itu membuat aku merenung? keluarga macam apa ya mereka/ kok begitu mudahnya mempertaruhkan nyawa? bahagia atau tidak bahagiakah keluarga mereka?


Keluarga dan masyarakat


Aku bukan akan membahas tentang mereka itu, tapi tragedi itu mau tak mau membuatku merenung kembali tentang arti dan makna sebuah keluarga, mengingat keluara adalah unit terkecil dari sebuah sistim sosial.

Senang sekali, aku bisa gabung di even Blogger yang membincang tentang keluarga yang berkualitas, penyelenggaranya kerjasama BKKBN dengan Blogger Plus Community.

Nara sumber acara, adalah Ibu Eka Sulistya Adiningsih, ibu Roslina Verauli M/Psi, dan kakak Resi.

Dijelaskan banwa merah biru keluarga akan memberi kontribusi bagi negaranya, jadi kebahagiaan keluarga juga akan memberikan energi positif bagi negara.

Siapa sih yang tak ingin membangun keluarga bahagia? tak ada, pasti semua orang pengin membangun keluarga bahagia. Lalu mikir lagi nih, membangun keluarga bahagia, bisa disebut mudah, bisa juga tak mudah.

Membangun rumah tangga yang berkualitas adalah membangun keluarga yang harmonis, bahagia, mandiri secara mental material agar tidak menyusahkan lingkungannya.

Kalau kita ambil contoh sebuah keluarga yang melakukan bom bunuh diri di awal tulisan ini, tentu bisa kita katakan jika keluarga itu tidak memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di lingkungannya.


Nara sumber bersama MC


Semua asyik dengan handphonenya.



Pernah jatuh cinta?


Pernah jatuh cinta? jatuh cinta yang akhirnya bersatu dalam sebuah biduk rumah tangga?. Indahnya cinta ya, dan akan lebih indah lagi jika cinta itu adalah cinta yang terencana, sebagai fondasi yang kokoh bagi rumah tangga.

Cinta bisa membawa bahagia, bisa membawa bencana, ah yang bener? memang kan. Contoh cinta yang membawa bencana ketika menikah dalam usia yang masih dini.

Bagaimana nggak bawa bencana? nikah terlalu dini, belum pada saatnya hanya akan membawa bencana baik material, fisik, mental, psikologis.  Coba kita lihat beberapa ekses pada pernikahan yang terlalu dini.

  • Hilangnya kesempatan berkembang
    Karena menikah dini, ada kemungkinan bagi si pasanagn itu tidak mungkin melanjutkan pendidikan lagi, meskipun mungkin ada perkecualian. Maka individu dalam keluarga tersebut tidak berkembang, kurang pengetahuan yang akan bermanfaat untuk peningkatan kualitas keluarga
  • Kesehatan
    Jelas sekali, pernikahan dini akan  berpengaruh pada kesehatan pasangan, terutama perempuan. Organ reproduksi perempuan dibawah usia 17 tahun masih belum kuat untuk mengalami kehamilan dan melahirkan, Kemungkinan meninggal saat melahirkan menjadi lebih besar dibanding dengan mereka yang  menikah pada usia ideal.
  • Kemandirian finansial
    Pernikahan dini lebih banyak menggantungkan hidup pada keluarga masing-masing, tidak memiliki kemandirian finansial. Hal ini menyebabkan banyak masalah, seperti problem sosial.
  • Rentan KDRT
    Banyak kasus KDRT yang bermuara pada masalah ekonomi yang belum mencukupi, dan ini banyak dialami oleh mereka yang menikah dini.
Ditengarai, masih banyak terjadinya kasus pernikahan belum waktunya, atau pernikahan dini di sebagian wilayah di Indonesia, disebabkan oleh berbagai hal, baik masalah sosial maupun ekonomi.

Pernikahan dini, melahirkan sebuah rumah tangga atau keluarga yang tidak berkualitas. Seperi apakah keluarga yang berkualitas itu? seperti yang tercantum dalam UU nomor 52 Tahun2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Perkawinan, menjelaskan bahwa keluarga yang berkualitas adalah : Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Cinta yang direncanakan


Merencanakan cinta, atau cinta yang direncanakan, itulah tema kampanye yang dilakukan oleh BKKBN , mengajak semua pihak, bahwa untuk membangun keluarga yang berkualitas, dibutuhkan cinta yang terencana.

Kenapa? aku sepakat dengan paparan ibu Eka Sulistya Ediningsih, Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN RI, yang menyampaikan bahwa "Berkeluarga adalah fase terbesar dalam hidup setiap orang, sebab berkeluarga adalah menyatukan individu yang berbeda"

Kampanye tentang cinta yang direncanakan, bermaksud mengajak seluruh masyarakat untuk meneguhkan kembali pemahaman, betapa pentingnya peran keluarga bagi negara. Betapa sebuah keluarga yang berkualitas akan menjadi fondasi yang kokoh bagi negaranya.

Dari keluargalah akan lahir dan tumbuh manusia yang berwawasan positif, memiliki cinta pada diri sendiri dan sesama, memikirkan masa depannya dan mempunyai sikap yang produktif.

Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang mandiri, produktif, saling berkomitmen untuk melakukan yang terbaik bagi diri dan lingkungan. Maka, dari keluarga-keluarga yang berkualitas, negara akan menjadi kuat, karena nilai-nilai positif dari dalam rumah yang dikembangkan di masyarakat.

Mengarahkan cinta dan merencanakan cinta dengan tepat, menurut Psikolog Roslina Verauli, M. Psi. akan membuahkan keluarga yang berkualitas, baik fisik ataupun mental. Beberapa hal yang mendukung terciptanya keluarga yang berkualitas adalah 
  • Menikah dengan usia ideal, yaitu usia diatas 20 tahun, karena dalam usia ini fisik maupun mental individu sudah siap.
  • Merencanakan jumlah anak, sekaligus masa depan anak, baik dari sisi finansial maupun mental
  • Merencanakan ketahanan keluarga dengan benar, ketahanan fisik, material, mental spiritual.
  • Memberdayakan keluarga dan interaksi sosial kemasyarakatan.
Ibu Roslina Verauli, M. Psi juga menyampaikan beberapa penjelasan tentang motif-motif menikah, meliputi motif positif dan motif negatif, hahaha, ternyata ada ya motif negatif orang nikah. termasuk motif positif adalah ingin memiliki teman hidup, keturunan, dan tentu saja karena cinta.

Nah, motif negatif ada motif mau numpang hidup, mau balas dendam, bahkan ada lho yang nikah cma biar bisa bayarin utang, wah keterlaluan kalau ini ya, hehe.

Jadi, yuk kampanyekan pada lingkunagn terdekat kita, jangan nikah terlalu dini, rencanakan keluarga dengan baik, karena keluarga yang berkualitas akan menjadi fondasi yang kokoh bagi negara.

Minggu, 25 Februari 2018

Kehangatan Minyak Telon, Bikin Bayi Sehat dan Nyaman

Kamu suka nggak kalau lihat bayi? aku tuh suka banget kalau sama bayi, kalau ketemu bayi, bawaannya pengin peluk, pengin nggendong, pengin mendekap, melindungi dari apapun.

Melihat bayi, seperti melihat makhluk kecil yang nggak berdaya, rasanya dengan mendekap, memeluknya, bayi akan merasa hangat, nyaman dan pastinya aman.

Bukan cuma gendong sama peluk, tapi aku suka sekali cium-cium bayi, bener, nggak bosen deh kalau suruh cium-cium bayi. Karena sepertinya nggak ada yang nggak suka sama bayi kan ya, bayi terlalu menyenangkan untuk nggak disayang, hehe.

Selasa, 27 September 2016

Dua Lelaki Tampan yang Populer Pekan Ini

Kalau pekan ini dalam dua waktu yang terpisah ada dua wajah tampan yang berseliweran di time line siapa dia?. Banyak sekali yang menulis tentang dua lelaki tampan ini, berkaitan dengan peristiwa yang tengah terjadi pada mereka.

Akupun akhirnya tergoda untuk menulis kegemparan itu, hehehe. Alasanku, karena berita itu masih menarik perhatian. Terutama bagi para emak, para mamah, emak muda, mamah muda, hehehe.

Selasa, 29 Maret 2016

Suasana Menyenangkan Saat Kumpul Keluarga

Kumpul keluarga? tentu itu menyenangkan sekali, terlebih aku yang mudik ke kampung halaman hanya setahun sekali, yaitu saat lebaran

Kami kumpul keluarga mengambil waktu selalu saat lebaran, karena hampir semua kerabat berkumpul di desa merayakan lebaran, termasuk yang sudah berdomisili jauh dari desa kelahiran.

Memilih momen lebaran, juga silaturahmi menjadi lebih efisien, karena ketika berkunjung rumah ke rumah belum tentu bisa ketemu, maka di acara kumpul keluarga semuanya ketemu.