Aku pernah mengalami saat-saat terburuk dalam hidup, bahkan menurutku, kejadian-kejadian buruk dalam hidupku sangat banyak.
Di waktu aku sudah memulai pekerjaan dengan posisi yang bagus, tiba-tiba ibuku jatuh sakit, sakit serius dan harus keluar masuk rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. Kondisi itu membuatku harus meletakkan pekerjaanku dengan berganti menjadi pendamping ibu selama pengobatan yang berjalan sekitar dua tahun. Lelah, sedih, bingung, membuatku menjadi nyaris frustasi. Menemani ibu yang berusia lanjut menderita sakit parah bukan hal yang mudah, hari-hari yang panjang berinteraksi dengan obat, dokter, para medis, dan sekaligus memikirkan masa depanku yang aku rasakan menjadi redup. Aku mendampingi beliau sampai di akhir hayatnya.
Kesedihan mendalam, penyesalan, rasa kehilangan, menderaku dan keluargaku, apalagi aku merasa belum sedikitpun pernah memberikan kebahagiaan buat beliau, merasa kenapa begitu cepat aku harus kehilangan sosok ibuku.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, akupun melanjutkan aktifitasku sampai aku mendapatkan pekerjaan lagi, sehingga perlahan namun pasti aku bisa menata hidupku kembali. Namun, baru saja bekerja sekitar dua tahun, ayahku diserang sakit serius yang mirip dengan sakit ibuku, dan kembali aku harus melepaskan pekerjaanku.
Lelah, kesal, marah, dan sedih menghadapi berbagai situasi itu. Sedih sekali karena melihat ayahku yang jatuh sakit, kesal dan marah pada situasi yang menyebabkan aku harus melepas pekerjaanku kembali, dan lelah sekali karena merasa hidup hanya berisikan masalah demi masalah.
Kali ini aku tak bisa tenggelam dalam kesedihanku, karena aku lihat dan rasakan, ayahku membutuhkan pendamping dalam menghadapi sakitnya. Pengalaman menjaga dan mendampingi ibuku mengajarkan bahwa saat mendampingi orang sakit, tak boleh loyo, tak boleh sedih, terutama saat didepan si sakit. Maka akupun membuat diriku menjadi semangat, menunjukkan kekuatan hati saat didekat ayahku. Kami sama-sama tahu, bahwa sakit ayahku tak ada obatnya, namun akhirnya kami saling menguatkan satu sama lain. Tak sekalipun kami bicarakan tentang sakit itu, kami lebih banyak berbincang tentang hal lain seperti berita yang sedang ramai di surat kabar, tentang cucu-cucu ayah, dan yang laiinya. Tekadku saat itu membuat ayah lupa pada sakitnya namun kami tetap mengikhtiarkan pengobatan.
Pengalaman-pengalaman mendampingi orang tuaku saat sakit hingga wafatnya, membuatku 'terdidik' -- tentunya dididik oleh Allah SWT -- bagaimana berdamai dengan diri sendiri. Tidak mudah dan berat, namun aku sadar dalam hidup ini kadang kita dihadapkan pada situasi yang mau tidak mau, suka tidak suka, dan tak bisa mundur lagi sehingga HARUS dihadapi, apapun resiko yang menghadang.
Lantas bagaimana cara berdamai dengan diri sendiri?
Di waktu aku sudah memulai pekerjaan dengan posisi yang bagus, tiba-tiba ibuku jatuh sakit, sakit serius dan harus keluar masuk rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. Kondisi itu membuatku harus meletakkan pekerjaanku dengan berganti menjadi pendamping ibu selama pengobatan yang berjalan sekitar dua tahun. Lelah, sedih, bingung, membuatku menjadi nyaris frustasi. Menemani ibu yang berusia lanjut menderita sakit parah bukan hal yang mudah, hari-hari yang panjang berinteraksi dengan obat, dokter, para medis, dan sekaligus memikirkan masa depanku yang aku rasakan menjadi redup. Aku mendampingi beliau sampai di akhir hayatnya.
Kesedihan mendalam, penyesalan, rasa kehilangan, menderaku dan keluargaku, apalagi aku merasa belum sedikitpun pernah memberikan kebahagiaan buat beliau, merasa kenapa begitu cepat aku harus kehilangan sosok ibuku.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, akupun melanjutkan aktifitasku sampai aku mendapatkan pekerjaan lagi, sehingga perlahan namun pasti aku bisa menata hidupku kembali. Namun, baru saja bekerja sekitar dua tahun, ayahku diserang sakit serius yang mirip dengan sakit ibuku, dan kembali aku harus melepaskan pekerjaanku.
Lelah, kesal, marah, dan sedih menghadapi berbagai situasi itu. Sedih sekali karena melihat ayahku yang jatuh sakit, kesal dan marah pada situasi yang menyebabkan aku harus melepas pekerjaanku kembali, dan lelah sekali karena merasa hidup hanya berisikan masalah demi masalah.
Pengalaman-pengalaman mendampingi orang tuaku saat sakit hingga wafatnya, membuatku 'terdidik' -- tentunya dididik oleh Allah SWT -- bagaimana berdamai dengan diri sendiri. Tidak mudah dan berat, namun aku sadar dalam hidup ini kadang kita dihadapkan pada situasi yang mau tidak mau, suka tidak suka, dan tak bisa mundur lagi sehingga HARUS dihadapi, apapun resiko yang menghadang.
Lantas bagaimana cara berdamai dengan diri sendiri?
- Hampir semua manusia tak pernah siap saat cobaan tiba-tiba datang, maka aku selalu mencoba belajar dari pengalaman, mengenal diri sendiri lebih banyak dan lebih dalam lagi. Misalnya, aku kenal diriku yang dulu adalah yang pemurung, mudah tersinggung, introvert. Ternyata sifat macam itu sangat tidak produktif saat masalah datang.
- Mengenali diri sendiri, berarti kita menerima semua yang ada pada diri dan masalah yang datang sebagai sebuah kenyataan. Misalnya, saat masalah datang, ya tidak boleh berpura-pura tidak ada masalah, karena hanya akan membuat kita menipu diri sendiri, dan tak bisa mengambil keputusan.
Keberanian mengambil keputusan akan datang dari pengakuan bahwa memang ada masalah yang harus dihadapi. - Dengan mengenali diri sendiri lebih baik lagi, kita akan tahu kekurangan dan kelebihan kita. Apa yang membuat kita sedih, tersinggung, atau marah. Sebaliknya, kita kenali juga apa yang membuat kita senang, gembira atau bahagia. Kekurangan kita, sebisa mungkin kita benahi, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat tidak positiv. Sebaliknya, karunia Allah SWT yang berupa kelebihan, harus dieksplor semampu kita. Sesudahnya tentu kita akan semakin bersahabat, semakin dekat dan semakin menyayangi dan mencintai diri kita
- Berdamai dengan diri sendiri adalah juga kemampuan berfikir fleksibel yaitu bahwa kita dan orang lain itu berbeda, dan masalah yang dihadapi semua orang juga tak sama. berfikir fleksibel membuat hati dan fikir kita senantiasa lapang. Maka kita akan bisa menangkap hikmah, bahwa bisa saja semua yang terjadi akan mempercepat kita mendekat pada tujuan kita, sekaligus mengembangkan sisi-sisi positiv dalam diri kita.
Misalnya aku di kemudian hari menyadari, mungkin memang aku harus dibombardir dulu oleh masalah, karena ternyata membuatku menjadi lebih kuat menghadapi hidup yang semakin lama tidak semakin mudah. Aku harus 'akrab' dengan rumah sakit, karena beberapa tahun sesudahnya ternyata aku sendiri harus berhadapan dengan meja operasi. Lalu, aku harus kuat menghadapi masalah, karena masalah yang aku hadapi hingga kini bukan masalah yang ringan, setidaknya menurutku.
"postingan ini untuk mengikuti giveaway echaimutenan"
Mengundang perenungan panjang,Mbak...love it! Semoga sukses GAnya yaa..:)
BalasHapusmba Oty, makasih supportnya ya, juga doanya. Kapan bisa ketemuan mba? kangen
Hapuscobaan yg mba hadapi sungguh luar biasa, saya salut dengan ketabahan mba menjalaninya
BalasHapusMba Uniek, itu baru sebagian mba, banyak lagi yang tak bisa ditulis, hehe. namun life must go on kan? apapun yang terjadi
HapusMakasih ya mba sudah mampir
hmm iya keren kak :') aku jadi terharu xD
HapusTiap orang pernah mengalami cobaan berat yAÃ .tinggal bagaimana menyikapi & berusaha berdamai dg diri kalau galau
BalasHapusyups, setuju mba, berdamai dan bersahabat dengan diri sendiri
Hapusmakasih mba sudah mampir
hmmm aku suka banget nih kak yang bagian ini... :D
HapusBener banget aku setuju sama mbak Maya dan mbak Yanti..
HapusWah.. inshaa Allah jadi amal ya mbak. Anak berbakti inshaa allah balasannya syurga. Amin.. semoga menang GA nya ya mbak :-)
BalasHapusAaamiin, makasih doanya mba
HapusMakasih ya sudah mampir dengan supportnya
in sha Alloh akan menjadi lebih kuat setelah melewati itu semua ya mba.. tetep semangat dan teruss belajar berdamai dengan diri sendiri jugaa... makasih sharingnyaaa ^_^ semoga menang GAnya yaa...
BalasHapusYess, fluktuatif mba, kadang patah, kadang kuat, hehe.
HapusMakasih juga mba sudah mampir
setuju mak,... tetap semangat ya, tidak ada kejadian apapun yg sia-sia didunia ini. semua memiliki hikmah *hug :)
BalasHapusmak Irma, okey, setuju tak ada yang sia-sia, aku catet, kata yang isnpiratif.
Hapusmakaish mak Irma sudah kunjungi aku
Manusia tak sepi dari ujian dan cobaan. Itu cara Tuhan menguji iman hambaNya.
BalasHapusTerima kasih atas pencerahannya
Salam hangat dari Surabaya
Njih, pakde, bantu doakan ya, tulisan ini juga untuk ingatkan dri sendiri.
Hapusterimakasih sudah berkunjung
Bagus sekali Mbak postingannya, selalu berprasangka baik pada Allah dan jangan pernah putus asa
BalasHapusMba Titi, timrs ya apresiasinya, blog ini isinya masih sederhana
HapusTrims juga atas kunjungannya mba
segala sesuatu ada hikmahnya ya mba. sukses dengan GAnya
BalasHapusMakasih makasih mba Dina atas kunjungannya
HapusCobaan tidak akan menguatkan jika tidak dijalani dengan ikhlas mbak. Dan mencintai diri sendiri adalah salah satu cara tercepat mencintai diri sendiri dan merasa diri berhak bahagia.
BalasHapusMba Susi, makasih ya support dan kunjungannya
HapusMaak...makasih dah ngingetin
BalasHapusiyap betul berdamai dengan diri sendiri adalah hal yang paling jitu, tapi rasanya begitu susah yaa ;)
sukses ngontesnya mak :)
Yusp, bener banget. Butuh proses yang tidak singkat mak Nchie sayang.
Hapustengkyuu ya doanya , tengkyuu juga sudha mampir
sukses juga buatmu
semua emang kembali pada diri sendiri.. :D
Hapusmantab deh (y)
Hapuswahhh kereeen nih
Hapusbetul memang, manusia harus dibombardir dulu dengan masalah supaya mengerti seberapa kuat dia :)
BalasHapusnice post, mbak :)
Yess, setuju mba Ria, bisa bikin tambah kuat, selama kita bisa memahaminya
Hapusmakasih udah berkunjung
wahhh kereeen nihhh
Hapuswahhh kereeeen nihhhhh
Hapusberdamai dan mengenali diri sendiri itu emang paling penting ya mak, bahkan harus lebih dari pada yang kita lakukan kepada orang lain.
BalasHapussemoga sukses lombanya :)
Iyaa, setuju mba Vanisa, tepat sekali
Hapusmakasih doanya, makasih juga ya, sudah berkunjung
iyaaa nihhh
Hapustetep berusaha yang terbaik.. pasti didepan ada jalan yang terbaik..semangat :D
BalasHapusHargai diri sendiri terkadang kita lupa akan hal itu, tetap semangat. :)
BalasHapusMantep banget deh :)
Terkadang memang masih banyak orang yang tidak menghargai diri sendiri dan bersyukur dengan apa yg telah dimiliki padahal tidak seharusnya demikian. Yang penting harus tetap semangat ^^
BalasHapusiya mbak bener banget... saya masih bersyukur bisa mencintai diri saya sendiri
Hapushmmm mencintai diri sendiri akan lebih baik :3
Hapusbetul aku juga setuju banget..... sebelum mencintai seseorang, mencintai diri sendiri itu penting :D
Hapus~TIMY~
Memang sulit untuk tidak iri kepada orang lain, namun ketika kita belajar untuk bersyukur atas apa yang kita peroleh maka memang akan lebih baik :D
BalasHapusseperti mumble si penguin itu hahaha. Thanks infonya kak, bagus buat inspirasi
Keep Shinning
terkadang walau kita bisa mencintai orang lain, kita pribadi sangat sulit untk mencintai diri sendiri kak u,u
BalasHapushem... di depan masih ada jalan yang lebih cerah kak untuk kita bisa merubah masa depan:)
BalasHapusWaw....Subhanallohh... ^^
BalasHapuswah keresn sekali, nice post ^^
BalasHapusManusia tak sepi dari ujian dan cobaan. Itu cara Tuhan menguji iman hambaNya.
BalasHapusTerima kasih atas pencerahannya
speechless... peluk mba yanti aja deh
BalasHapusSetelah ada kesulitan pasti ada kemudahan,itu janji ALLah.Peluk Mba Yanti yang selalu menginspirasi
BalasHapuswahhh kereeen ini
BalasHapusbetul memang, manusia harus dibombardir dulu dengan masalah supaya mengerti seberapa kuat dia :)
BalasHapusnice post, mbak :)