Selasa, 30 Agustus 2016

Kenangan Dalam Kompas Rubrik Anak-anak

Aku dan ke dua saudaraku dibesarkan oleh orang tua dengan kemanjaan yang menghangati. Kemanjaan bukan dimanjalan dengan materi. Kami bertiga dibesarkan dengan limpahan dan timbunan komik, koran, majalah, hahaha.

Iya, bacaan anak, majalah anak, lagu anak ikut memberi kontribusi pada tumbuh kembang kami bertiga. bahkan yang namanya buku, tak ada satu sudutpun dari rumah sederhana kami yang  terbebas dari buku, majalah, koran, dan sebagainya.


Sejak di ruang tamu, ada almari buku, lalu ruang keluarga yang menyatu dengan ruang makan, juga terdapat rak buku. Pada setiap kamar tidur, terdapat rak buku.

Orang tua kami, biasanya sepulang dari bepergian akan membawa oleh-oleh sekantung besar buku, majalah. berbeda sekali dengan teman-teman kami yang dioleh-olehi makanan dan mainan saat orang tua mereka pulang bepergian.

Bahkan, kebiasaan ke dua orang tuaku, ketika pergi ke kamar kecil juga membawa buku, menjelang tidur, mereka selalu membaca buku di dekat kami. Selesai membacakan cerita buat kami, mereka akan membaca buku dewasa.

Dengan suasana rumah yang dikepung buku begitu, kebiasaan orang tua membaca buku, tentu saja membuat kami bertiga bersaudara memiliki kesenangan atau hobi membaca buku.


Hasil gambar untuk gambar kompas rubrik anak

Kompas anak

Rubrik Anak di Koran Kompas

Orang tua kami juga berlangganan berbagai jenis surat kabar, surat kabar daerah, surat kabar nasional, bahkan majalah dan koran yang berbahasa Jawa yang ada waktu itu, orang tua kami juga berlangganan.

Salah satunya adalah Koran Kompas, koran nasional satu-satunya yang waktu itu bisa dijumpai di desa saya yang berada di pelosok Jawa Tengah.

Nah waktu itu, koran Kompas setiap hari Jum'at ada lembaran yang khusus memuat cerita anak, dan karena kami semua sudah ketagihan membaca cerita anak, maka setiap hari Jum'at kami selalu menunggu koran Kompas.

Nah, inilah masalahnya, kami selalu berlomba untuk terlebih dahulu bisa menerima koran itu dari pengantar koran. Karena siapa yang menerima koran terlebih dahulu, dia punya hak untuk membacanya terlebih dahulu.

Siapa yang membuat aturan? tidak ada, hehehe. Entah bagaimana awalnya, begitulah perjanjian yang tidak tertulis dijalankan. 

Biasanya, koran datang pada kisaran waktu jam 13.00 hingga jam 15.00 wib, atau bisa lebih sore jika cuaca sedang hujan deras, terhalang banjir dan sebagainya.

Bertengkar Karena Berebut Koran

Hanya aku dan adikku saja yang sering berlomba untuk lebih dahulu berada di depan pintu, sedangkan kakak laki-lakiku lebih banyak berada di luar rumah.

Setiap hari Jum'at, sepulang sekolah aku dan adikku sudah gelisah, kami akan menyelesaikan makan dan ganti pakaian dengan cepat lalu adu cepat ke pintu depan.

Jika pada awalnya hanya adu cepat dengan tertawa-tawa, lama kelamaan kami sudah mulai cemberut bila koran lebih dulu di tangan yang lain. Aku akan cemberut jika adikku ternyata lebih dahulu menerima koran. Sebaliknya adikkupun akan cemberut jika kebetulan aku yang lebih dahulu di depan pintu.

Tak jarang kami tidak ganti pakaian, sepulang sekolah langsung menuju pintu depan, sehingga ibu kami akan mengjngatkan untuk ganti baju terlebih dahulu.

Makin lama, persaingan kami makin 'sengit', dalam memperebutkan area depan pintu, hehehe. Dari yang cemberut, pertengkaran kecil, sampai akhirnya kami tak jarang berebut koran Kompas hari Jum'at, duuuh.

Pernah satu kali, kami berebut hingga ujung koran itu sobek, karenanya kami berhenti berebut, tapi hanya saat itu saja. hari Jum'at berikutnya, kami sudah berebut koran lagi.

Akhirnya, yang membuat kami berhenti berebut, ibuku mengambil alih menerima koran Jum'at hehehe. Jika ibu sudah duduk di ruang tamu, maka kami tidak lagi akan berani untuk berdiri di depan pintu.

Oleh ibuku dibuat semacam aturan, kalau hari Jum'at pekan ini aku terlebih dahulu, maka Jum'at berikutnya, adikku yang terlebih dahulu membaca. Sebenarnya aku, mungkin juga adikku masih ingin berlomba menerima koran, tapi kami tidak berani membantah aturan itu, hehehe.

Kenangan itulah yang sampai sekarang menjadi salah satu kenangan yang membekas pada diriku maupun adikku. Sekarang, sesudah sama-sama berkeluarga dan ketika bertemu lagi, kami akan tertawa geli mengingat kejadian-kejadian itu.

Kami seperti sedang menonton sebuah film lucu dan tidak masuk akal, bagaimana mungkin kami waktu itu bertingkah seperti itu, hehehe. Ya, karena kami memandang dengan kerangka fikir orang dewasa.

Memori masa kecil, yang membekas dalam ingatan, dan sekarang menjadi cerita indah yang sering kami ulang-ulang saat berjumpa. Karena kami tinggal berjauhan, berjumpa hanya sekali dalam setahun, kisah rebutan koran memiliki tempat tersendiri di hati kami.


4 komentar:

  1. Begitulah bersaudara ya mbak.. kalau dekat kadang berselisih, kalau jauh kangen2an... Huhu, aku sudah nggak bisa ketemu adikku lagi di dunia :(

    BalasHapus
  2. Hehe lucu plus unik juga ya, mba, aturan main di masa kecil :D Yeps, ibu yg paling tau solusi dari segala keributan di rumah, haha

    BalasHapus
  3. Atmosfer penuh buku sedang saya ciptakan di rumah untuk anak mba *eciee
    Btw sama persis sama saya dan kakak rempong kalau dah mau baca majalah padahal dlu uda dikasih majalah sesuai usianya tapi sayang di majalah bobo saya ga pernah nemu ZODIAK bulan ini yang cuman ada di majalah gadis :D *bocah percaya mitos :p

    BalasHapus
  4. Hihihii...jadi ingat waktu anak-anak masih kecil baru bisa baca, pada rebutan kalo ada koran, cuma mau lihat headline-nya doank. Eee...koq sekarang gak ada yang suka pada baca, ya. Semua pada sibuk kerja kantor, gak ada waktu lagi baca. Padahal Emaknya suka banget baca. Eh, gak ding, gak pake banget.

    BalasHapus