Jumat, 04 Maret 2016

Ibuku dan Buku

Mengenang ibuku, terkadang ingat Musashi.  Ibuku dan Musashi? Lho, apa hubungannya? Emang bersaudara ya? hehehe, ya tidaklah, Memang kayanya aneh ya, menghubungkan ibuku dengan Musashi. Sepertinya sangat tidak nyambung ya? bagaimana nyambung? ibuku ibu rumah tangga tinggal di desa, Musashi adalah legenda samurai di negeri matahari terbit Musashi begitu mendunia, ibuku, batas edarnya di rumah, hehehe.

Ibuku dan Musashi, bagiku adalah salah satu  kenangan masa kecil yang sulit dilupakan, nah lho. Karena ibuku yang mengenalkan aku pada Musashi. Penasaran? nah ada kisahnya nih.
Negeri ini ditengarai jika masyarakatnya kurang memiliki minat baca, sementara di sisi lain, diyakini bahwa membaca adalah jendela dunia. maka siapa yang tak suka membaca dia tak akan tahu dunia. Bagiku, membaca, berbeda dengan menonton, sekalipun di era digital ini, sekali klik dunia sudah ada di depan kita, hehehe

Dalam pandanganku, membaca itu sebuah aktifitas yang ajaib, hehehe, karena membaca  akan beranak pinak  pada berbagai  kebiasaan lain, salah satunya adalah menulis. Saat membaca, seseorang akan menangkap, mengolah pesan lalu akan muncullah berbagai ide dan inspirasi yang lalu dituang ke dalam tulisan.

Itulah salah satu keajaiban membaca, dia akan beranak pinak menghasilkan banyak keturunan dengan berbagai jenisnya. Bagi orang yang suka membaca, setiap kalimat, setiap kata,  bahkan sebuah hurufpun  akan menjadi magnet baginya untuk dibaca.


Membaca Bisa Menjadi Pelepas Lelah


Dari Buku Tuapun Bisa Melihat Semesta

Membaca Membuat Hidup Jadi Berwarna

Pengalaman ini adalah apa yang aku lihat setidaknya semenjak aku remaja, yaitu keajaiban yang baru bisa kumengerti dan kucerna saat ini, sungguh terlambat, hahaha. Dimana ajaibnya? yaitu salah satu kebiasaan ibuku adalah mengkliping cerber ( cerita bersambung ) yang dimuat di koran, biasanya yang dibuat cerita bersambung adalah novel.

Karena koran itu sifatnya harian, bisa terbayang berapa lembar potongan koran yang harus dikliping agar novel itu utuh dari episode yang pertama, sampai episode terakhir. Sebagian besar novel tentu kisahnya panjang, karena pemuatannya harian, novel itu akan berukuran sekitar tujuh sampai delapan kolom, duapuluhan baris.

Ibuku, setiap sore hari selalu menggunting koran di halaman yang memuat novel, episode demi episode, lalu dengan telaten  akan membuat kliping cerber itu dengan peralatan seadanya. Kalau aku tak salah ingat, lembaran novel itu akan dilekatkan dengan lem, berututan sejak episode yang pertama.

Pada ketebalan tertentu, kliping itu dirapikan dengan disampuli di sebelah kiri, sehingga mirip punggung sebuah buku. Maka, siapapun yang akan membaca cerber novel itu, akan lebih mudah, karena tidak harus mencari surat kabar yang pasti sudah berserakan, cukup membaca klipingnya saja.

Kakak sepupuku, yang sering mudik, selalu akan ke rumah dan mencari kliping cerber tersebut, dia yang waktu itu mahasiswa S2, sangat tahu hobi tantenya yaitu membaca. kalau di rumah ibunya hanya ada barang dagangan, maka di rumah ibuku, dia selalu mencari bacaan, diantaranya kliping cerber tersebut.

Nah, ditengah kegemaran membuat kliping novel Musashi ini ibuku sering berdiskusi dengan mereka-mereka yang juga membaca cerita bersambung itu, seperti kakakku, kaak sepupuku, ayahku . karena mereka sering sekali menyebut Musashi, aku penasaran, dan terkadang mencuri-curi membaca, meskipun tidak memahaminya waktu itu.

Saat mereka berdiskusipun, aku hanya berfikir, apa sih menariknya tulisan-tulisan tanpa gambar itu? Saat itu, bagi aku lebih menarik membaca komik, hehehe

Selain Musashi, ada beberapa novel yang dikliping oleh ibuku, sebagian yang masih kuingat, Musashi, Roro Mendut, Cintaku di Kampus Biru dan lainya aku sudah lupa judul novelnya.

 Keindahan yang Bisa Dinikmati Dengan Membaca
 
 Opium ( baru tahu dari buku )

Tetapi seiring dengan perkembangan usia, akupun mulai menyukai novel, dan merasakan bagaimana menikmati novel, yang dibuat menjadi cerita bersambung. Rasa penasaran yang setiap hari memenuhi pikiran, dan selalu menanti datangnya koran, untuk dibaca novelnya, hehehe. Sensasinya masih terasa sampai sekarang.

Perlahan, akupun mulai membaca utuh dalam bentuk novel disaat aku sudah berada di bangku kuliah, dari sana mulai bisa mengerti, kenapa ibuku begitu semangat mengkliping cerita bersambung itu, karena memang novel-novel itu sungguh novel-novel yang luar biasa.

Betapa rajinnya ibuku, membuat kliping cerita bersambung, sampai akhirnya utuh dari episode pertama hingga episode terakhir, meskipun tidak tahan lama, karena waktu itu belum ada teknologi yang bisa digunakan untuk mengamankan kertas koran tersebut.

Menonton televisi misalnya, kita sudah disuguhi lengkap pesan audio visual, sehingga otak kita seolah-olah nganggur dan tidak bertanya-tanya lagi,  Kenapa? karena smeuanya sudah digelar, mata, telinga kita seolah-olah disuguhi fakta, sehingga otak kita terasa sudah cukup terisi.

Beda dengan bacaan, yang hanya media visual saja terutama bacaancetak, otak kita diberi kesempatan untuk mengolah, mencerna, berimajinasi dan sebagainya, sehingga lama kelamaan, akal kita akan terasah semakin lama semakin tajam

Kesempatan mencerna yang lebih lama, sehingga pesan yang didapat akan berproses lebih lama di dalam pikiran kita, sehingga bisa diolah dan dicerna dengan maksimal. Hasil olahannyapun tentu akan berbeda dengan hasil olahan menonton.

Ibuku dan buku, adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan, dan buatku, hobi membaca ibuku pada jamannya menjadi suatu yang langka, sehingga memberikan kesan yang mendalam bagiku hingga saat ini.

11 komentar:

  1. Ibu saya juga suka membaca, tapi baca koran, tabloid, majalah dll krn gratis dapat dari tempat bapak saya kerja (di media) dulu hehe

    Jadi kebiasaan membaca itu menular ya mbak? Krn itu saya biasakan mbacain anak2 cerita :D

    Oh ya kliping2nya masih ada kah mbak? Itu kelak akan jadi referensi berharga lho :D

    BalasHapus
  2. Mamaku juga suka membaca Mbak, beliau suka membaca majalah dan novel :)

    BalasHapus
  3. Ibuku dan aku sama: gak suka baca. Sukanya nonton. Xixixi.. aku penulis yg tidak suka membaca. Jadi riset tulisan dari menonton tayangan

    BalasHapus
  4. ibuku juga suka baca. percaya kalau membaca itu menular.

    BalasHapus
  5. Sama Mba, ibu saya juga hobby membaca dan hobbynya ini menurun pada anak-anaknya. Koleksi majalah, buku dan novel memenuhi rak buku di rumah.
    Bikin kangen ibu ya Mba kalau lagi baca?

    BalasHapus
  6. Wah keren ibunya mba tite... Paragraf terakhirnya aku suka..

    BalasHapus
  7. semoga saya bisa ikutan ketularan suka membaca ya kak

    BalasHapus
  8. Kata mama, dulu pas muda dia persis kayak aku, hahahaha, suka berkata-kata

    Salam,
    Roza.

    BalasHapus
  9. buku mama adalah harta yang diturunin sama dia ke aku

    salam
    riby

    BalasHapus
  10. Mama pun suka banget baca, dan aku suka banget liat ekspresi seriusnya kalo lagi baca. Lovable!

    Salam,
    Rava.

    BalasHapus