Kamis, 31 Maret 2016

Menelusuri Kenangan Masa Kecil

Yuhhuy, recall memory nih, karena masa kecil masa yang sangat sarat kenangan. Kata orang, masa kecil merupakan masa yang paling indah, karena sama sekali tak ada masalah, terlindungi dari masalah, dan pekerjaan masa kecil hanya bermain saja.

Masa kecilku hidup di pedesaan di lereng sebuah pegunungan, dengan keluarga kecil karena aku hanya memiliki dua saudara. Satu kakak laki-laki yang jarak usia cukup jauh yaitu sekitar enam tahun, dan adik perempuan yang berjarak usia pendek, yaitu enam belas bulan.

Konon ceritanya, ibuku waktu itu masih menyusuiku, tapi beliau juga dalam keadaan hamil adikku, bahasa orang Jawa mengatakan sundulan, maksutnya belum waktunya disapih sudah disundul dengan kelahiran adikku.

Nah, karena hampir sebaya, kami seperti tumbuh bersama, nyaris seperti anak kembar, apalagi adikku memiliki bentuk badan yang lebih besar, dibandingkan badanku.

Kedua orang tua kami, juga memperlakukan kami nyaris seperti memperlakukan anak kembar, yaitu membelikan kebutuhan kami selalu sama, mungkin maksutnya agar tidak saling iri satu sama lain, hehehe.

Misalnya ketika orang tuaku membelikan mainan, selalu dua buah, seperti boneka, set alat masak mini, raket kecil, buku, tas, dan laiinya.

Begitu juga ketika membelikan pakaian atau sepatu, selalu dibelikan bentuk yang sama persis. Biasanya hanya berbeda di warna saja. Saat lebaran, baju baru yang diberikan persis sama, untuk aku berwarna pink, adikku dibelikan warna biru muda.

Tidak aneh kalau kenangan masa kecilku lebih banyak bersama adikku, karena hampir sepanjang waktu aku habiskan bersama adikku. Mulai dari berangkat sekolah, kemudian di rumah bermain, belajar, belajar ngaji. 

Bahkan kegiatan menjelang tidur seperti cuci kaki, sikat gigipun kami lakukan bareng. Jarang sekali aku dan adikku tidur dalam waktu yang berbeda.

Rebutan Minta Gendong Belakang

Orangtuaku, adalah orang yang sangat hangat pada anaknya, sepanjang yang aku ingat, belum pernah kami mendapatkan kemarahan. 

Jika sesekali kami melakukan kesalahan kecil, ibu dan ayahku hanya akan menatap mata kami yang menunjukkan mereka tidak setuju, atau tidak menyukai kelakuan kami. Pada saat santai, kami diberi penjelasan, mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh dan mana yang tak boleh. Biasanya menjelang tidur, ditemani dengan dongeng yang penuh pesan moral.

Tatapan mata itu sudah cukup untuk menghentikan kelakuan kami, seperti pertengkaran, rebutan mainan atau rebutan buku. Aku dan adikku, paling sering berebut komik yang baru datang. Atau berdesakan di depan pintu menunggu tukang koran.

Ada koran nasional yang setiap hari Jum'at memuat cerita anak, nah, itulah yang sering kami perebutkan.Aku lebih sering mgalah, atau tepatnya kalah, hehehe.

Tapi, ada lho rebutan yang tidak dilarang orang tua kami, yaitu rebutan gendong belakang menjelang tidur, hehehe.
Karena sering dibelikan komik anak-anak, maka kami sering tidur sampai malam, sehingga keesokan pagi terlambat bangun.

Nah, mungkin agar kami mau segera pergi ke kamar tidur, orang tua kami memberi 'pelayanan' sempurna menjelang tidur, hehehehe.
Ritual cuci kaki, cuci tangan dan sikat gigi, menggunakan air hangat, bahkan sampai usia kami memasuki Sekolah Dasar. Lalu, dari kamar mandi ke kamar, kami akan digendong punggung oleh ayah kami.

Kemanjaan yang diberikan inilah yang membuat kami berebut mencuci kami lebih dahulu, agar segera digendong belakang menuju kamar tidur, hehehe
 Aku, lima tahun lalu

Adikku, lima tahun lalu

Mewakili Karena Mirip

Wajah yang nyaris kembar, terkadang menguntungkan, dan ada manfaatnya hehehe. Ceritanya waktu itu ada pendaftaran lomba tari, dan adikku ikut lomba itu.
Tepat hari pendaftaran ulang, adikku sakit panas, nggak bisa berangkat, padahal harus berangkat sendiri karena harus diukur tinggi badan, guna mengatur formasi tarian.

Orang tuaku memutuskan aku yang harus ukur tinggi badan, karena tinggi kami hampir sama, aku sedikit lebih pendek. Hehehe, ternyata guru tari itu tidak 'niteni' kalau itu bukan adikku, langsung saja aku diukur.

Hanya itu saja sih, nggak sampai menggantikan menari, karena aku juga nggak bisa hehehe.
Kami  nyaris kembar, ya hanya nyaris, karena karakter kami berdua juga tak sama. Waktu kecil aku memiliki sifat introvert, sedangkan adikku cenderung lebih ekstrovert.

Adikku memiliki keberanian lebih, bergaul juga lebih luwes. Sebaliknya aku, sering tidak percaya diri, dan kurang pntar bergaul. Sebaliknya, aku mudah terbawa perasaan, adikku lebih rasional.

Kenangan masa kecil banyak yang sulit dilupakan, karena banyak kisah yang terjadi. Tidak selalu kisah itu kisah yang indah, tak jarang kisah yang tak indah, namun juga sulit dilupakan.

Seperti kisahku dan adikku, yang waktu usia Sekolah Dasar, sering disuruh ibu mengantar makanan ke rumah kakek dan nenek. Jarak rumah kakekku tidak terlalu jauh dari rumah kami, mungkin sekitar 100 meter.

Kami sering ketakutan pergi ke rumah kake, karena harus melalui rumah seorang anak perempuan yang selalu mencegat dan memaki-maki kami, sampai kami sering berlari ketakutan. Sebelum melewati rumah itu, kami pasti sudah ancang-ancang lari, karena anak itu pasti sudah menunggu di halaman rumahnya, dia seperti tahu, jam berapa kami akan lewat rumahnya.

Mungkin waktu itu hanya sebuah permusuhan sesama anak kecil saja, namun entah kami selalu ketakutan sekali, sampai pernah adikku tersandung, sehingga makanan yang dibawanya tumpah. Tentu saja kami ketakutan, karena kuatir akan kena marah ibuku.

Semua peristiwa itu, baik di dalam rumah maupun di luar, saat ini menjadi kenangan manis yang akan memancing tawa kami ketika berjumpa dalam usia yang sudah tidak muda lagi.
Kami berdua masih tertawa tergelak-gelak saat mengenang berbagai cerita masa kecil itu. Karena kisah indah, maupun kisah buruk selalu tetaplah sebuah kenangan yang terkadang sulit dilupakan.

Harus ngubek foto masa kecil, makan waktu, makanya foto padqa usia jelita  -- jelang limapuluh tahun -- mungkin mewakili, apakah menurut kalian kami mirip? hehehe

11 komentar:

  1. Serupa tapi tak sama y mba hehehe, salam kenal mba ^^

    BalasHapus
  2. Waah Mbak Yanti emang mirip kok sama adiknya. Kenangan tersendiri ya mbak di gendong di punggung ayah. Jadi kangen almarhumm bapakku. Hiks..

    BalasHapus
  3. Haha, ada-ada aja rebutan gendong belakang

    BalasHapus
  4. Aku dulu kayanya gak rebutan minta gendong belakang soalnya selalu disuruh ngalah sama ortu

    BalasHapus
  5. mrip bnget... sama kayak saya mbak dengan adik saya... kalo satu keluarga memang gk jauh beda rata2 ya mbak...

    BalasHapus
  6. Cerita ini jd ingat dua anak perempuanku yg beda 15 bulan. Ya kayak gitu deh ceritanya mirip dng mbak yanti dan adiknya. Lucu2 deh. Smg mrk juga rukun ya sampai tua.

    BalasHapus
  7. Kenangan masa kecil selalu indah ya Mbak. Main gendong2an habis itu berantem, habis itu baekan lagi..
    Mbak Nefertiti mirip dengan adiknya :)

    BalasHapus
  8. Aku waktu kecil tuh selalu mainin mainan laki-laki, karena kakakku dua-duanya laki, sekarang baru deh mulai koleksi boneka, hahaha.

    Salam,
    Shera.

    BalasHapus